Calling

calling, panggilan melayani, memuridkan, god is good, allah itu baik
Ayat bacaan: Efesus 2:10 

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." 

Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang tidak mengetahui panggilannya saat mereka sudah berada di usia senja. Seorang bapak yang baru memasuki masa pensiun pernah mengungkapkan perasaannya langsung kepada saya pada suatu hari. Ia bekerja selama puluhan tahun kemudian masuk masa pensiun. Anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan dan sekarang sudah bekerja. Keluarganya pun tidak hidup berkekurangan. Itu seharusnya sudah cukup dijadikan tolok ukur kesuksesan bukan? Secara umum mungkin ya, tetapi ia tetap merasakan kegelisahan yang membuatnya merenung panjang setelah pensiun. "Saya bekerja dan bekerja, menghidupi keluarga, menyekolahkan anak, lantas sekarang pensiun dan kemudian tinggal menunggu ajal menjemput. Yang saya bingung, apa sebenarnya yang menjadi panggilan saya hidup? Apakah ada yang namanya panggilan itu? Kalau ada, bagaimana saya tahu panggilan saya, dan kalau tidak ada, kenapa saya merasa masih ada yang kurang meski hasil dari pekerjaan selama ini sudah lebih dari cukup?" Itu yang ia katakan, dan itu membuat saya berpikir bahwa ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui apa yang menjadi panggilannya. 

Panggilan kalau dalam kamus disebutkan sebagai 'a strong desire to spend your life doing a certain kind of work', sebuah keinginan atau kerinduan kuat untuk mempergunakan masa hidup melakukan suatu pekerjaan. Atau 'the work that a person does or should be doing', alias sebuah pekerjaan yang seharusnya dilakukan seseorang. Seperti apa yang dirasakan bapak tadi, seringkali kita memang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi apa yang kita jalani bisa saja tidak sesuai panggilan. We simply work because we need money to live, without thinking whether what we're doing fits our calling or not. Seperti sebuah pertanyaan yang tak terjawab, itu membuat adanya lubang dalam hati kita yang terasa mengganjal. 

Masing-masing orang punya panggilannya sendiri-sendiri dan bisa mulai kita kenali lewat bakat atau talenta yang sejak semula dititipkan Tuhan kepada kita. Ada seorang musisi terkenal yang pada awalnya mencoba untuk menjalani pendidikan formal hingga kuliah. Ia mengesampingkan perasaan kuat untuk menekuni profesi sebagai pemain musik yang sudah ia rasakan sejak kecil, lalu mengambil jalur seperti kebanyakan orang untuk belajar kemudian mencari lowongan pekerjaan. Ia sukses di studi, tapi hatinya tetap terasa ada yang kosong. Kalau memang berprestasi, kenapa saya masih gelisah? Itu yang ia rasakan. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menjalankan panggilannya bermusik, yang di awal sangat berat. Ia sempat sering tidak mendapat upah alias main gratisan, ditolak main dimana-mana, tidak dipedulikan karena dianggap tidak terkenal, tapi hari ini dia sukses menjalankan panggilannya. "And the feeling is awesome! I feel complete!" katanya. 

Lalu ada teman lain yang panggilannya ada di dunia fotografi. Orang tuanya menganggap itu hanya hobi dan mengharuskannya untuk bekerja sebagai pegawai kantoran agar dapat gaji tetap. Gaji tetap, itu gambaran hidup mapan bagi banyak orang bukan? Ia mengikuti perintah orang tuanya tapi tetap saja ia merasa kosong. Kalau ia jenuh dan mumet, ia segera mengambil kameranya dan mulai berkeliling kota sambil berjalan kaki memotret objek-objek menarik yang ia temui. Itu bisa menyegarkannya kembali. Sampai pada satu ketika ia memutuskan untuk berhenti kerja dan mau menekuni fotografi secara serius. Seperti si musisi tadi, ia sempat kesulitan dalam hal finansial karena jarang mendapat job, tapi hari ini ia sukses menekuni apa yang menjadi panggilannya, dan perasaan puas pun ia rasakan. "Seperti kerja lainnya, melelahkan, apalagi kalau sedang banyak tugas. Tapi rasanya bahagia dan senang banget kalau pekerjaan dilakukan sesuai panggilan." katanya dengan wajah cerah. 

Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa setiap orang punya panggilan masing-masing. Kita bisa memilih untuk mengabaikan dan memilih pekerjaan lain, tetapi rasa tidak puas, gelisah, kosong dan sejenisnya bisa membuat kita tidak maksimal dalam kebahagiaan. Talenta sudah dititipkan Tuhan sebagai modal awal, lalu tugas kita adalah untuk mengenal potensi diri serta mengasah dan mengolahnya agar bisa membawa hasil gemilang. Panggilan kita secara umum sama, yaitu untuk menjadi terang dan garam, mewartakan kabar gembira ke segala penjuru bumi seperti Amanat Agung yang disampaikan Yesus tepat sebelum Dia naik kembali ke Surga. Panggilan umumnya sama, tapi secara khusus masing-masing orang memiliki panggilan yang berbeda. Panggilan yang sesuai Amanat Agung itu tidak berarti bahwa kita semua harus menjadi pendeta atau pelayan Tuhan full-timer, tapi menjadi terang dan garam dan mewartakan kabar keselamatan itu pun bisa atau bahkan harus tampil multi-warna yang sanggup menjangkau atau meng-cover area yang lebih luas lagi ketimbang batas dinding gereja.


Ada sebuah analogi menarik yang ingin saya kemukakan yaitu tentang mikrofon. Benda ini diciptakan sebagai alat bantu dengar untuk suara berintensitas rendah. Hari ini mikrofon bahkan sanggup membuat suara terdengar lebih indah ketimbang sekedar mengeraskan level volume saja. Mikrofon digunakan untuk banyak fungsi seperti buat menyanyi, penyiar radio dan televisi, alat perekam dan fungsi lainnya untuk membantu komunikasi atau hiburan. Ketika mikrofon diciptakan, penciptanya tentu memiliki tujuan tersendiri dalam membuatnya. Dengan kata lain, mikrofon seharusnya berfungsi sesuai tujuan penciptanya. Jika itu yang terjadi, maka mikrofon akan dikatakan sukses. Tapi apabila kita menggunakannya sebagai tujuan lain seperti melempar kepala orang lain atau menjadikannya sebagai alat penumbuk, tentu mikrofon akan melenceng dari fungsinya seperti saat dibuat. Bisa dipakai untuk tujuan lain seperti itu, tetapi itu sudah melenceng dari tujuan sebenarnya dan tidak lagi tepat guna. 

Contoh ini bisa menggambarkan bagaimana kita seharusnya menemukan panggilan tepat sesuai dengan garis tujuan penciptaan dari Yang menciptakan. Ketahuilah bahwa kita semua sebenarnya memiliki jalan hidup sendiri yang telah ditetapkan Allah dengan tujuan utama untuk membangun KerajaanNya di muka bumi ini. Artinya, masing-masing dari kita memiliki panggilan seperti yang telah Dia rancang jauh sebelum kita ada. Pernahkah anda berpikir mengapa anda berada di tempat anda ada saat ini, pada waktu yang sedang dijalani saat ini? Apa tugas anda, tujuan anda, atau singkatnya, panggilan anda? Atau, mungkinkah kita diciptakan tanpa rencana sama sekali? 

Semua pertanyaan ini punya jawaban seperti yang tertulis dalam Efesus 2:10. Mari kita lihat sama-sama ayatnya: 

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." 

Kita ini diciptakan Tuhan (we are God's own handiwork), dirancang dalam Kristus (recreated in Christ Jesus), untuk melakukan pekerjaan baik (doing those good works). Yang sudah diciptakan Tuhan sebelumnya (which God predestined or lanned beforehead), dan Tuhan mau kita hidup di dalamnya, dalam rencananya. (we should walk in the good life which He has prearranged and made ready for us to live). Jadi ada destiny buatan sendiri, ada destiny Ilahi. Ketika kita berjalan dalam 'destiny Ilahi', kita akan mengalami pemeliharaan Ilahi, perlindungan Ilahi dan penyediaan Ilahi dalam kebahagiaannya sendiri. Jadi, penting bagi kita untuk menemukan apa yang menjadi panggilan, menjalankannya dan kemudian bukan hanya mengetahui tapi juga mengalami Tuhan. Bukan hanya berhenti bermimpi, tapi juga menduduki apa yang telah digariskan sejak semula bagi kita masing-masing. 

Dari mana kita harus mulai? Firman Tuhan dalam Matius 6:33 bisa dijadikan awal yang baik untuk memulai semuanya. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Kebanyakan orang akan terus mencari hal lainnya seperti harta, karir, popularitas dan sebagainya. Ayat ini jika digabungkan dengan ayat bacaan hari ini akan memberi kesimpulan berbeda dari pandangan dunia. Kita harus mengejar rencana Tuhan untuk kita, agar kita mampu membangun Kerajaan Tuhan di muka bumi ini. So, our destiny is our divine calling, that's our promised land. Penting bagi kita untuk menemukan panggilan seperti yang ditugaskan Tuhan, dan itulah tanah terjanji kita. 

Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita bisa mencari tahu apa yang menjadi panggilan kita? Apa ciri utama agar kita bisa tahu itu? Saya akan membagikan lebih jauh akan hal ini dalam renungan berikutnya agar anda bisa terbantu untuk mengetahui panggilan anda. Untuk kali ini, ingatlah bahwa agar mengalami Tuhan, merasakan pemeliharaan, perlindungan dan penyediaan secara Ilahi serta mengalami hidup berkepenuhan seperti rencana yang telah Dia sediakan sejak semula, kita perlu tahu apa yang menjadi panggilan kita. 

Find out your calling to fulfill the destiny according to God's masterplan

Yesus Mengetuk Pintu Tak Bergagang

yesus kristus mengetuk pintu, pintu tak bergagang diketuk Yesus
Ayat bacaan: Wahyu 3:20 

 "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." 

Suatu kali saya datang berkunjung ke rumah seorang teman lama. Lama saya mengetuk pintu rumah, tapi tidak ada yang membukakan. Sepertinya sedang tidak ada orang di rumah. Saya pun mencoba meneleponnya, sesuatu yang mungkin tidak bisa kita lakukan sebelum ada teknologi telepon genggam seperti saat ini. Ternyata ia ada di rumah, tapi sedang berada jauh di taman belakang sehingga tidak mendengar ketukan saya. Satu hal yang pasti, saya tidak bisa masuk ke rumahnya apabila tidak ada yang membukakan pintu, meski saya sudah mengetuknya berulang-ulang. Kalau saya masih bisa masuk tanpa dibukakan pintu, itu maling namanya dan bukan tamu. 

Sangatlah menarik apabila kita melihat lukisan yang didasarkan kepada Wahyu 3:20 yang saya jadikan ayat bacaan hari ini. Ada banyak versi lukisan, tetapi menariknya, hampir semua lukisan memiliki keanehan yang sama, yaitu bahwa pintu yang diketuk Yesus tidak punya gagang pintu di luar. Saya yakin itu bukanlah suatu kebetulan dan pasti ada alasannya. Ayat dalam Wahyu tersebut berbunyi: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." 

Secara jelas Yesus mengatakan bahwa Dia akan berdiri di muka pintu hati setiap orang dan mengetuknya. Dia tidak akan membuka sendiri karena semua itu tergantung kita, apakah kita mendengar suaraNya memanggil lalu tergantung pula apakah kita mau membukakan pintu hati kita supaya Yesus masuk. Yesus tidak akan memaksa, tetapi ketahuilah bahwa karya penebusan yang Dia lakukan itu bukan hanya untuk segelintir orang melainkan ditujukan untuk seluruh manusia. Bukan saja Yesus harus mengalami segala penyiksaan sampai pembunuhan mengerikan demi menebus kita, tetapi Dia pun kemudian mengetuk pintu hati kita masing-masing agar kita masuk ke dalam Perjamuan Nya yang kudus. Bukankah itu suatu bentuk kasih yang luar biasa besarnya bagi kita? Sulit sekali membayangkan ada manusia yang bisa memiliki kasih sebesar itu, tapi seperti itulah hati Allah yang ingin kita semua selamat tanpa terkecuali. 

Mengapa kita bisa sepenting itu? Semua manusia di dunia ini berasal dari buah karya "masterpiece" Tuhan sendiri yang sungguh berarti bagiNya. Begitu berarti, sehingga manusia telah dilukiskan pada telapak tangan Tuhan dan tetap berada di ruang mataNya, dalam jarak pandangNya. (Yesaya 49:16). Dosa dan pelanggaran kita boleh saja besar di masa lalu, namun Tuhan tetap membukakan pintu pengampunan lebar-lebar. Dia sudah menyediakan keselamatan dan akan terus mengetuk hati kita agar mau menerima anugerah besar itu. Bukankah aneh dan keterlaluan kalau kita masih menampik dan membiarkan Tuhan lama diluar dan memaksanya beranjak pergi meninggalkan kita? 

Ada banyak ayat yang menggambarkan bagaimana sikap Yesus terhadap undangan manusia, termasuk orang-orang yang berdosa. Alkitab mencatat beberapa kejadian yang berhubungan dengan kesediaan Yesus memenuhi undangan orang berdosa tersebut. Salah satunya adalah saat Yesus memenuhi undangan makan di rumah Matius seorang pemungut cukai. (Matius 9:9-13) Pada saat itu bukan saja Matius yang hadir, tapi ada banyak pula pemungut cukai lainnya yang hadir, termasuk orang-orang berdosa. Ayatnya berbunyi demikian: "Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya." (ay 10). 

Orang Farisi melihat hal itu dan mulai mempertanyakan sikap Yesus. Sebagai manusia-manusia yang merasa paling suci, mereka tentu merasa najis untuk masuk ke dalam rumah orang yang dicap berdosa, apalagi kalau sampai makan segala bersama mereka. Tapi Yesus menjawab : "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (ay 12). Dan Yesus menutup perkataanNya dengan sebuah ajakan untuk merenung: "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 13). 

Pada kesempatan lain ada juga kisah Zakheus, yang juga seorang pemungut cukai (Lukas 19:1-10). Kali ini bukan cuma makan, tapi Yesus menumpang di rumahnya. (ay 5). Penerimaan Zakheus dan seisi rumahnya terhadap Yesus membuahkan pertobatan. Cibiran dan cercaan sempat dialamatkan oleh orang yang melihat itu terhadap Yesus, tapi Yesus menjawabnya demikian: "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 9-10). Tepatlah seperti itu, karena keselamatan segera hadir di dalam rumah Zakheus pada saat itu juga. 

Ada pula kisah seorang Farisi yang mengundang Yesus untuk makan ke rumahnya, dan Yesus menerima undangan tersebut. (Lukas 7:36-50). Di sana Yesus bertemu dengan seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa (ay 37) yang kemudian mendapat pengampunan (ay 48). 

Kita lihat berkali-kali Yesus mendapat kesempatan untuk masuk ke rumah orang berdosa. Yesus tidak pernah menolak undangan, malah beberapa kali menawarkan diriNya sendiri untuk masuk ke rumah mereka, dan kedatangan Yesus itu berbuah pertobatan. 

Jika Yesus tidak pernah menolak undangan manusia, termasuk atau terutama orang-orang yang berdosa sekalipun pada saat Dia ada di dunia, maka saat ini pun Yesus tidak akan menolak undangan anda juga! Dia pasti menerima dengan senang hati. Dia bahkan masih mengetuk pintu hati setiap orang dan akan senang sekali seandainya ada yang mendengar dan menyambutNya, mempersilahkan masuk dan duduk dalam perjamuan bersamaNya. Yesus mengetuk hati semua manusia, tapi hanya orang-orang yang mendengar suaraNya lah yang akan membukakan pintu, dan hanya yang membuka pintu hatinya lah yang bisa menerima anugerah keselamatan sebagai bentuk dari kasih karunia Allah yang begitu besar. 

Siapapun anda, sebesar apapun dosa yang pernah anda perbuat, Yesus tetap mau datang dan siap memurnikan anda dari segala kecemaran di masa lalu. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk selamat, tapi hanya mereka yang mendengar suaraNya dan mau membukakan pintu lah yang menerimanya. Seperti seorang tabib, Dia datang untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang siap membinasakan kita, Dia hadir untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. 

Pandanglah sekali lagi gambar dalam renungan kali ini dan renungkan baik-baik apa yang digambarkan disana. Ya, Yesus saat ini tengah mengetuk hati anda dan mengharapkan anda mendengar suaraNya dan menerima kehadiranNya di dalam dengan senang hati. 

Apakah Yesus sudah hadir dalam hati anda saat ini? Jika belum, apakah anda mendengar Dia yang tengah mengetuk pintu hati anda lalu mau mempersilahkanNya masuk? Atau anda masih tidak peduli dengan Yesus yang menunggu dengan sabar sambil mengetuk pintu agar anda mengetahui kehadiranNya tepat di depan pintu hati anda? Bukakanlah pintu hati anda agar Yesus dapat masuk. Keselamatan juga menjadi kasih karunia Tuhan yang luar biasa buat semua manusia bisa menjadi milik anda juga, tak peduli siapapun anda dan apa latar belakang anda. 

He's knocking, do you hear Him and would you let Him in?

(renunganharianonline)