Ikutlah Aku

Jika anda diminta untuk menggambarkan kekristenan dalam 2 kata, bagaimanakah anda akan meresponinya? Untuk diri saya sendiri, dengan tanpa keraguan saya akan menjawabMengikuti YesusItu adalah esensi dari kekristenan.

Hal ini digambarkan dengan sangat jelas dalam kisah Matius si pemungut cukai (Matius 9:1-8). Sewaktu Matius sedang duduk di rumah cukai, Yesus melewatinya lalu berkata kepadanya : “Ikutlah Aku”. Panggilan Allah yang kekal dalam hidup Matius bergantung pada responnya saat itu. Maka berdirilah Matius, lalu mengikut Dia.

Dua Syarat Utama

Jika kita memutuskan untuk meresponi panggilan Allah seperti apa yang telah dilakukan oleh Matius, maka kita akan menemukan bahwa ada dua syarat utama sebelum kita dapat memulai untuk mengikuti-Nya. Dua syarat itu terdapat dalam perkataan Yesus di kitab Matius 16:24 : “ Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Pertama, kita harus menyangkal diri kita ; dan yang kedua, kita harus memikul salib kita.

Menyangkal adalah untuk mengatakan “Tidak!“ Kita harus mengatakan “Tidak” kepada kehendak, tuntutan, dan kesombongan kita. Kita harus menggemakan doa Yesus di Taman Getsemani: “tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.” (Lukas 22:42).

Kita bisa melanjutkan untuk memikul salib kita hanya bila kita sudah terlebih dahulu menyangkal diri kita. Seseorang telah mengartikan salib kita itu sebagai suatu tempat dimana kehendak Allah bertentangan dengan kehendak kita. Salib itu sebenarnya adalah tempat penghukuman.

Didalam kitab Roma 6:6 Paulus mengatakan bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan bersama dengan Dia (Yesus). Manusia lama kita adalah manusia yang memberontak, manusia yang mempunyai sifat ingin menyenangkan diri sendiri dimana setiap kita telah mewarisinya secara keturunan dari nenek moyang kita, Adam.

Tuhan hanya mempunyai satu solusi untuk manusia lama kita. Tuhan tidak mengirimnya ke gereja ataupun ke sekolah minggu, Tuhan tidak mengajarnya dengan aturan-aturan yang khusus, atau mengirimnya ke kelas-kelas untuk pengembangan diri. Solusi Tuhan adalah sederhana dan final. Solusi itu adalah penghukuman.  

Kabar baik dari berita injil adalah bahwa penghukuman itu berlangsung ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Manusia lama kita telah turut disalibkan di dalam Dia pada saat itu. Untuk kita bisa menerima berkat-Nya dari peristiwa itu, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tapi kita juga harus mempercayainya.

Ditantang oleh Tuhan melalui Mimpi

Sekitar lima puluh tahun yang lalu saya biasa memimpin pertemuan para penginjil di London, Marble Arch. Pada suatu malam selama saya di sana, saya mendapatkan mimpi di mana saya melihat seseorang berkotbah di atas mimbar. Pesan yang disampaikan orang itu baik, tapi ada sesuatu tentang penampilannya yang tidak saya sukai. Tubuhnya terlihat bengkok dan kakinya terlihat pekuk. Meskipun begitu, saya tidak begitu menanggapi mimpi itu.

Sekitar seminggu kemudian, saya mendapatkan mimpi yang sama persis seperti yang saya dapatkan sebelumnya. Saya menyimpulkan bahwa Tuhan sedang ingin berbicara sesuatu kepada saya. Saya bertanya, “Tuhan, siapakah orang itu? Kotbahnya baik tapi ada sesuatu yang tidak saya sukai tentang penampilannya. Siapakah dia?”

Tuhan menjawab dengan segera dan langsung: “Kamulah orang itu!” Tuhan secara jelas menginginkan beberapa perubahan yang penting dalam hidup saya, tapi saya tidak tahu perubahan apa yang diinginkan Tuhan, tepatnya.

Hari Paskah sudah dekat dan saya menemukan diri saya sedang merenungkan tentang karya penyaliban. Saya mendapatkan gambaran tentang tiga kayu salib di atas bukit. Salib yang ada di tengah lebih tinggi dibandingkan dua lainnya.

Roh Kudus bertanya kepada saya, “Untuk siapa salib yang ditengah itu dibuat?” Tetapi kemudian Roh Kudus mengingatkan,”Hati-hati dengan cara kamu menjawab.”

Saya memikirkan ulang sekali lagi sebelum saya memberi jawaban, kemudian saya menjawab,”Salib yang ditengah itu dibuat untuk Barabas, tapi di saat-saat terakhir Yesus-lah yang menggantikannya.” “Ya, Dia menggantikannya,” jawab saya. “Berarti kamulah Barabas itu !” jawab Roh Kudus.

Pada saat itu saya melihatnya dengan sangat jelas: Sebenarnya, sayalah penjahat yang di mana salib itu dipersiapkan untuk saya. Salib itu dibuat untuk ukuran saya. Itulah tempat di mana saya seharusnya berada.

Saya mencoba untuk mengutarakannya sesuai dengan perkataan Paulus tentang dirinya di kitab Roma 7:18 ” Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik …  Saya melihat bahwa setiap area dari kepribadian saya telah dikotori oleh dosa. Tidak ada sesuatu pun di dalam kehidupan saya yang murni, yang baik, yang dapat dipertimbangkan untuk membalas kebaikan Tuhan.

Tapi bagaimana saya harus meresponinya?

Saya menemukan jawabannya dalam kitab Roma 6 : 6-13. Paulus menyebutkan empat langkah yang harus dilakukan. 

Ayat 6: Yang pertama, saya harus tahu kalau semua dosa-dosa saya telah turut dimatikan ketika Yesus mati di atas kayu salib. Ini adalah langkah pertama yang mutlak yang harus kita pahami sebelum kita melanjutkan ke langkah yang lain.

Ayat 11: Saya harus memperhitungkan kalau diri saya sudah mati, sama seperti Tuhan Yesus telah mati.

Ayat 12: Atas dasar itu, saya harus memastikan untuk saya menolak dosa itu supaya dosa itu tidak terus-menerus menguasai hidup saya.

Ayat 13: Saya harus menyatakan diri saya kepada Tuhan sebagai seseorang yang telah dibangkitkan dari kematian dan saya harus menyerahkan setiap anggota tubuh saya sebagai instrumen –untuk kemuliaan Tuhan-, dan senjata, untuk kebenaran. Penggunaan kata senjata di sini mengingatkan saya untuk terus berjaga-jaga karena saya akan menghadapi perlawanan dari si Iblis.

Tiga Ketetapan Allah

Untuk membebaskan kita sepenuhnya dari perbudakan dosa, Allah sudah menetapkan tiga hal. Pertama, Dia harus berhadapan dengan dosa yang sudah kita lakukan. Karena Yesus telah membayar lunas dosa kita di atas kayu salib, maka Tuhan Allah dapat mengampuni kita tanpa meragukan keadilan-Nya. Oleh karena itu, ketetapan-Nya yang pertama adalah pengampunan.

Tetapi kemudian Tuhan juga harus berhadapan dengan alam yang sudah rusak yang ada di sekitar kita yang menyebabkan kita terus-menerus melakukan dosa-dosa itu. Ketetapan-Nya adalahpenghukuman, untuk mematikan semua dosa-dosa itu. Tetapi, kabar baiknya adalah bahwa penghukuman itu telah berlangsung lebih dari 19 abad yang lalu ketika Yesus mati di atas kayu salib.

Meskipun begitu, ini belumlah selesai. Tujuan Allah adalah untuk menggantikan manusia lama yang berdosa dengan manusia baru ciptaan-Nya sendiri. Ketetapan ini dijelaskan di Efesus 4:22-24:

“yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Meskipun begitu, kita tidak boleh menyangka bahwa manusia lama kita akan menerima hukumannya begitu saja. Sebaliknya, dia akan terus-menerus berjuang untuk mendapatkan kembali kendalinya atas kita. Ini menjelaskan kata-kata peringatan Paulus dalam kitab Kolose pasal 3.

Dalam ayat 3 dia mengatakan, “Sebab kamu telah mati…. Tetapi kemudian di ayat 5 dia mengatakan, ”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi,….” Kita harus berdiri dengan iman bahwa manusia lama kita sudah ditanggalkan dan kita harus terus-menerus menolak usahanya untuk mengambil-alih kembali kendalinya atas diri kita.

Refleksi Rohani secara Pribadi

Sayangnya, banyak orang-orang Kristen tidak pernah mengerti dan tidak pernah mengambil manfaat sepenuhnya dari ketetapan-ketetapan yang sudah Allah tetapkan secara sempurna ini. Mereka menuntut dan terus menuntut pengampunan atas dosa-dosa mereka, tapi mereka tidak tahu kalau Tuhan juga membuat ketetapan untuk manusia lama dihukum mati dan untuk manusia baru menggantikan tempatnya. Akibatnya, kehidupan rohani mereka akan menjadi seperti roda yang terus berputar: berdosa----bertobat---diampuni---dan kemudian berdosa lagi…Mereka belum pernah mengalami pelepasan sepenuhnya dari kendali dosa-dosa manusia lama mereka.

Analisa atas ketetapan-ketetapan Allah untuk dosa seharusnya mengarahkan kita untuk kita membuat refleksi rohani secara pribadi, di mana kita menanyakan kepada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

- Apakah saya sepenuhnya yakin bahwa semua dosa saya sudah diampuni?

- Sudahkah saya dibebaskan dari kendali manusia lama saya?

- Sudahkah saya mengenakan manusia baru yang diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya?

- Apakah saya sedang mengikuti Yesus?

Pandangan Sekilas tentang Masa Depan

Biarkan saya tutup dengan sedikit cerita mengenai keadaan di masa depan, diambil dari kitab Wahyu pasal 7 dan 14.

Pada akhir zaman nanti, Tuhan akan menyediakan bagi-Nya 144,000 orang yang telah dimateraikan dari keturunan suku Israel yang merupakan pengikut Mesias. Dia akan mengirim mereka ke dalam dunia yang sedang bergoncang sebagai akibat dari Kesusahan yang Besar dan mereka akan menuai jiwa-jiwa yang sangat banyak sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menghitungnya.

Wahyu 14:1-5 menggambarkan 144,000 orang ini, setelah mereka dengan jaya menyelesaikan tugas mereka. Dengan nama Bapa dan Anak tertulis di dahi mereka, mereka menyembah Allah dengan lagu yang terdengar bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat, lagu yang tidak seorang lain pun bisa mempelajarinya.

Orang-orang yang seperti apakah mereka?

Karakter mereka dilukiskan dengan sangat jelas di ayat 4 dan 5: mereka tidak mencemarkan dirinya; mereka suci, murni; di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. Bagaimana mereka mampu memiliki karakter yang sempurna seperti itu? Ada satu jawaban sederhana yang diberikan di ayat 4: mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu kemana saja Ia pergi.

Apakah hal itu menginspirasi anda—sebagaimana hal itu menginspirasi saya—dengan kerinduan untuk mengikuti Yesus lebih dekat lagi ?

No comments:

Post a Comment