Jangan Berbuat Dosa Lagi

Bacaan : Yohanes 8:1-11

Kedatangan Yesus memberikan paradigma baru. Kalau dahulunya mata ganti mata dan gigi ganti gigi, namun kini justru murid-muridNya diajar untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan bahkan kalau seteru lapar diberi makan, seteru haus diberi minum.


Ajaran Yesus merupakan tempat yang terbaik bagi mereka yang terbuang, yang dipandang paling hina dan penuh cela untuk mendapat kasih dan pengampunan. Ketika orang banyak dengan paradigma lama untuk menghakimi dan siap merajam batu sampai mati seorang perempuan yang didapati berzinah, Yesus justru menyatakan paradigma yang berbeda bahwa mereka juga tidak lebih baik dari perempuan itu, dan Ia bahkan memberikan pengampunan dan tantangan berupa komitmen,"Jangan berbuat dosa lagi."

Apakah yang dapat kita simak dari peristiwa di atas? Orang banyak yang beramai-ramai siap menjatuhkan vonis memang mereka seolah memiliki hak untuk itu berdasar hukum Taurat jika seseorang didapatkan melakukan perzinahan atau menghujat Allah maka hukumnya adalah dirajam batu sampai mati. Namun mereka melupakan bahwa hukum yang sama juga berlaku atas mereka! Dan tidak ada satupun dari mereka yang sebenarnya memiliki kondisi yang lebih baik daripada seorang perempuan itu. Sebaliknya, kita melihat bahwa karakteristik Allah yang penuh kasih yang berinisiatif memberikan anugerah pengampunan tidaklah tergantung pada kondisi yang terjadi pada diri seseorang, dimana Allah yang disaksikan oleh Alkitab bukanlah Allah yang bergantung pada kondisi sebab-akibat, kalau kita dekat maka Allah dekat dan kalau kita jauh maka Allah juga menjauh. Bagaimanapun buruknya kondisi kita di hadapan-Nya, Allah tetap mau menerima kita. Kasih yang sejati dari Allah memberikan pembaharuan hidup pada seseorang yang bertobat sehingga ada suatu dorongan dalam dirinya untuk tidak menjadi seperti dahulu lagi.

Anthony Hoekema dalam buku Saved by Grace menyatakan dengan istilah ordo salutis. Anugerah Allah memberikan perubahan dalam hidup adalah born again (kelahiran baru) yang menghasilkan repentance (pertobatan), dan kemudian seseorang yang telah mengalami pertobatan dikuduskan secara progresif (sanctification) dari sehari lepas sehari untuk menjadi semakin serupa denagn Kristus dengan menantikan pengharapan dimana akan dimuliakan bersama dengan Kristus (glorification).

Kita dapat mengalami semuanya itu karena 100% anugerah Allah, bukan karena usaha kita sedikitpun. Hari ini, kita menjadi ada sebagaimana ada adalah karena anugerah Allah semata. Oleh karena itu kita dipanggil untuk hidup berpadanan dengan anugerah Allah itu.

Bagaimanakah hidup Saudara hari ini? Ketika pengampunan yang adalah anugerah Allah itu diberikan kepada Saudara? Pergilah jangan berbuat dosa lagi!

(ditulis oleh Pdt. Samuel Wahyudi, Pdt. Susanto Liau, Ev. Chang Khui Fa)

No comments:

Post a Comment