Sikap religius tidak identik dengan religi tertentu atau agama. Dua orang yang menganut religi/agama yang berlainan bisa mempunyai sikap religius yang sama, sedangkan dua orang penganut agama/religi yang sama, bisa punya sikap religius yang sama sekali bertolak belakang.
Dalam fase pertama, seseorang lebih merasa dekat dengan kaum seagama daripada yang bukan. Tetapi dengan kedewasaan budi-hatinya ia akhirnya akan merasa lebih bersaudara, lebih sejiwa, dengan saudara yang kendati menganut agama lain namun sama dengan sikap religiusnya.
Sikap religius inilah yang dalam pembangunan sekarang (yang lebih dari hanya pembangunan material, namun yang dalam rangka pembicaraan ini dikhususkan pada aspek ekonomi-materialnya) sangat menentukan.
Seseorang yang dalam sikap religiusnya dan dalam ulah serta latihan spiritualnya secara prinsipal menganggap dunia "fana" ini sebagai tipuan yang menjauhkan diri dari kesejatian tujuan eksistensinya, atau orang yang justru tidak mau mengakui eksistensi dirinya sebagai suatu subjek yang pribadi, individu yang membutuhkan perkembangan dan pengolahan, bahkan sebaliknya bercita-cita melebur diri dalam sesuatu yang murni rohani, jauh dari keduniawian dan dunia pancaindera, melulu mampir ngombe, jelaslah tidak mungkin diajak berpatisipasi dalam pembangunan yang nyata-nyata berasumsi mengakui nilai dunia material, nilai kemajuan "fana," keluhuran segala yang teraih pancaindera.
Untuk manusia semacam itu, segala pembangunan adalah sia-sia, bahkan melawan keyakinannya tentang Kosmos Semesta dan kesejatian hidupnya. Kita tidak boleh mencemooh manusia yang berkeyakinan demikian, tetapi memang hidupnya tidak sejalan, bahkan bisa berlawanan, dengan konsep pembangunan apa pun.
Sementara itu, orang lain yang dalam sikap religiusnya melihat sukses kelimpahan harta dan keduniawian sebagai suatu tanda bukti bahwa ia berkenan kepada Allah Sumber Harta, ia akan mendapat waduk energi dan motivasi berlimpah untuk maju dalam segi ekonomi dan kemajuan material.
Apakah pandangannya salah atau benar, itu perkara lain, tetapi pandangannya terhadap seluruh kesemestaan diri dan semesta luar sangat mendorong ia berikhtiar dan maju dalam hal-hal material.
Dalam fase pertama, seseorang lebih merasa dekat dengan kaum seagama daripada yang bukan. Tetapi dengan kedewasaan budi-hatinya ia akhirnya akan merasa lebih bersaudara, lebih sejiwa, dengan saudara yang kendati menganut agama lain namun sama dengan sikap religiusnya.
Sikap religius inilah yang dalam pembangunan sekarang (yang lebih dari hanya pembangunan material, namun yang dalam rangka pembicaraan ini dikhususkan pada aspek ekonomi-materialnya) sangat menentukan.
Seseorang yang dalam sikap religiusnya dan dalam ulah serta latihan spiritualnya secara prinsipal menganggap dunia "fana" ini sebagai tipuan yang menjauhkan diri dari kesejatian tujuan eksistensinya, atau orang yang justru tidak mau mengakui eksistensi dirinya sebagai suatu subjek yang pribadi, individu yang membutuhkan perkembangan dan pengolahan, bahkan sebaliknya bercita-cita melebur diri dalam sesuatu yang murni rohani, jauh dari keduniawian dan dunia pancaindera, melulu mampir ngombe, jelaslah tidak mungkin diajak berpatisipasi dalam pembangunan yang nyata-nyata berasumsi mengakui nilai dunia material, nilai kemajuan "fana," keluhuran segala yang teraih pancaindera.
Untuk manusia semacam itu, segala pembangunan adalah sia-sia, bahkan melawan keyakinannya tentang Kosmos Semesta dan kesejatian hidupnya. Kita tidak boleh mencemooh manusia yang berkeyakinan demikian, tetapi memang hidupnya tidak sejalan, bahkan bisa berlawanan, dengan konsep pembangunan apa pun.
Sementara itu, orang lain yang dalam sikap religiusnya melihat sukses kelimpahan harta dan keduniawian sebagai suatu tanda bukti bahwa ia berkenan kepada Allah Sumber Harta, ia akan mendapat waduk energi dan motivasi berlimpah untuk maju dalam segi ekonomi dan kemajuan material.
Apakah pandangannya salah atau benar, itu perkara lain, tetapi pandangannya terhadap seluruh kesemestaan diri dan semesta luar sangat mendorong ia berikhtiar dan maju dalam hal-hal material.
No comments:
Post a Comment