
Pertanyaannya adalah mengapa Yunus tidak taat kepada perintah Tuhan? Perintah Tuhan jelas, Yunus diminta pergi ke kota Niniwe untuk memberitakan penghukuman Tuhan, tetapi ternyata dia justru 'melarikan diri' jauh dari hadirat Tuhan. Istilah jauh dari hadapan Tuhan diulang sebanyak dua kali (Yunus 1:3).
Ini menunjukkan bahwa Yunus dengan sengaja dan kesadaran penuh menjauhkan diri dari hadapan Tuhan. Yang perlu diketahui bahwa konsep yang berkembang pada zaman itu adalah adanya 'teritorial kekuasaan' ilah/ dewa. 'Teritorial kekuasaan' ini menyebabkan orang percaya bahwa kekuasaan ilah/ dewa tertentu itu tidak mencakup tempat-tempat di luar dimana ilah/ dewa ini berkuasa. Jika seseorang melarikan diri ke tempat yang lain, maka ilah/ dewa tempat yang ia tinggalkan tidak dapat menjangkaunya. Inilah yang menjadi landasan pola berpikir Yunus, bahwa Tuhan tidak dapat menjangkaunya karena kekuasaan dan keberadaan Tuhan itu 'lokal', sehingga ia melarikan diri 'jauh' dari hadapan-Nya. Sebenarnya Tuhan itu bukan Tuhan 'lokal', tapi universal - ada dimana-mana. Kita selalu hidup di hadapan Tuhan (Qoram Deo).
Selain itu, jauh dari hadapan Tuhan, juga berkenaan dengan konsep tentang kota Niniwe itu sendiri. Dikatakan bahwa kejahatan kota ini sangat besar (1:1). Kejahatan dalam pengertian ketika mereka berperang dan mengalahkan musuhnya, mereka tidak segan-segan melakukan pembunuhan dengan cara sadis. Para tawanan yang masih hidup maupun yang sudah mati dipenggal kepalanya dan kemudian kepalanya ditusuk oleh tombak dan dijejerkan menjadi satu barisan. Mereka juga menyiksa dengan cara menguliti tubuh para tawanan mereka.
Tingkat kejahatan inilah yang membuat Yunus enggan pergi kesana - membiarkan supaya hukuman Tuhan itu benar-benar ditimpakan. Konsepnya adalah penghukuman Tuhan itu setimpal dengan kejahatan yang mereka lakukan. Inilah keadilan yang harus ditegakkan. Hal lainnya, Niniwe adalah musuh dari bangsanya, yaitu bangsa Israel. Sebagai musuh dari bangsanya, maka nasionalisme Yunus terusik dan tergugah sehingga ia tidak mau pergi ke kota Niniwe. Kalau dia pergi, itu sama saja mengkhianati bangsanya sendiri.
Tentunya apa yang dipikirkan Yunus adalah sangat manusiawi. Pada umumnya memang keadilan ini terjadi. Tapi bukan demikian yang dipikirkan oleh Tuhan. Ada pemikiran yang terbalik, yang dipikirkan Yunus dan Tuhan. Prinsip kebenaran Tuhan jelas terlihat di dalam perkataan Tuhan sendiri, yaitu : penduduk di kota Niniwe yang berjumlah 120 ribu orang ini adalah tidak bisa membedakan tangan kanan dari tangan kiri (4:11). Apa artinya? Artinya sangat sederhana, yaitu mereka semua adalah orang-orang yang tidak bisa membedakan antara kebaikan dan kejahatan. Ingat peristiwa orang-orang yang mengolok-olok Tuhan Yesus pada saat Dia disalib di atas kayu salib, Tuhan Yesus mengatakan,"Ya, Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34). Perhatikan ungkapan : mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ini artinya pada saat penduduk Niniwe dan orang-orang yang menyalibkan Yesus melakukan hal-hal yang jahat, mereka tidak tahu membedakan antara perbuatan yang baik dan benar. Dosa itulah yang telah menutup 'mata hati' mereka, sehingga mereka 'buta' terhadap perbuatan jahat mereka sendiri. Mereka ini adalah orang-orang yang 'sakit' dan 'mati'. Sakit dan mati rohaninya - tidak hidup dalam kebenaran, sehingga mereka membutuhkan pertolongan dan anugerah Tuhan (Yoh 16:8).
Kondisi inilah yang membuat Tuhan memberikan perintah kepada Yunus untuk memberitahukan tentang kejahatan mereka, dengan harapan supaya mereka menyadari dan kemudian bertobat. Tapi jika sudah diberitahukan dan tidak mau bertobat, maka

Yang pasti Tuhan itu sayang kepada manusia berdosa. Walaupun mereka orang berdosa, mereka tetap adalah ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan kasih-Nya. Juga karena Dia mengutus Yunus, nabi-nabi yang lain, bahkan anak-Nya sendiri datang bukan untuk menghakimi (menghukum) mereka, melainkan untuk menyelamatkan (Yoh 3:17). Kebenaran inilah yang menjadi kekuatan berita Tuhan kepada Yunus dan kita semua.
Adanya hati Tuhan yang mau senantiasa sayang kepada orang-orang berdosa, bukan hanya untuk memberitakan kabar adanya ancaman murka-Nya, tetapi yang terutama kabar penyelamatan-Nya pada mereka. Inilah yang dibutuhkan dunia, Kristus datang untuk mencari orang-orang berdosa.
(Disadur dari Warta Gereja GII Hok Im Tong tgl 8 Maret 2009)
No comments:
Post a Comment