Saatnya Dimuliakan

Bacaan Alkitab : Yoh 12:20-26

Orang-orang Yunani ingin bertemu dengan Tuhan Yesus melalui perantaraan Filipus dan Andreas. Pada saat keinginan itu diutarakan, Tuhan Yesus malah mengatakan,”Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” (ay. 23). Tentu kita bertanya mengapa Tuhan Yesus berkata demikian. Bahkan saya membayangkan mungkin Filipus dan Andreas berpikir,”Lha ada orang yang pengen ketemu kok ngomong ngaco gitu sih!”

Sebenarnya melalui ayat 23 Tuhan Yesus berbicara tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Kedatangan orang-orang Yunani ini menunjukkan cakupan keefektifan penyaliban-Nya (NASB Study Bible, 1542-3). Keselamatan karena kematian Yesus bukan hanya untuk bangsa Yahudi saja tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Dan terbukti dalam sejarah, setelah kematian dan kebangkitan Yesus, dan turunnya Roh Kudus, para rasul dan murid-murid Yesus pergi memberitakan Injil Keselamatan. Bahwa Yesus adalah Kristus, Ia mati untuk menebus dosa dan Dia bangkit untuk memberikan hidup baru. “Percayalah kepada-Nya!” Oleh sebab itu, John Calvin mengatakan bahwa kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus di atas merupakan “… publication of the gospel.” bahwa pengetahuan akan Dia akan segera tersebar ke setiap wilayah di dunia (Commentary on the Gospel According to John, 428).

Salib Yesus

Saya membayangkan sedang mendapatkan anugerah luar biasa di dalam hidup ini bertemu dengan Tuhan Yesus dan diberi kesempatan untuk mengajukan satu pertanyaan. Saya akan bertanya,”Tuhan, apakah Engkau mengasihi aku? Kalau Engkau mengasihi aku, apa buktinya?” Saya melihat Dia menarik nafas dalam dan menjawab,”Aku mengasihimu. Salib adalah buktinya.” Salib merupakan wujud cinta yang paling besar dan yang paling tinggi. Ia memberi nyawa-Nya (Yoh 15:13).

Saya merenung, berusaha mengerti apa yang dikatakan Tuhan Yesus, mencoba mengingat isi Alkitab dan buku-buku yang pernah saya baca, khotbah yang pernah saya dengar, kemudian mencoba menyimpulkannya. Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (Rom 6:23). Dengan kata lain, Allah menuntut hukuman yang maksimal atas dosa. Maksimal disini artinya sudah final dan tidak bisa ditambah lagi. Hukuman mati adalah hukuman maksimal karena tidak bisa ditambahkan lagi. Kalau mau ditambah, ditambah menjadi hukuman apa? Dosa adalah pemberontakan kepada Allah. Hukuman yang maksimal menuntut penebusan yang maksimal. Kematian sebagai upah dosa harus dibayar dengan kematian. Ini yang Tuhan Yesus kerjakan di atas kayu salib. Salib yang bagi sebagian orang dianggap lambing kutuk, lambing kekalahan, sebagai penghinaan karena orang yang disalib dianggap sebagai penjahat kelas kakap. Tetapi apa yang memalukan itu dipakai oleh Allah untuk menyatakan kemenangan dan kemuliaan-Nya. Dia rela mati supaya kita bisa hidup.

Ketika merenungkan bahwa Anak Allah mati menggantikan saya yang berdosa, saya tersenyum sendiri. Betapa besar kasih-Nya bagiku dan betapa berharganya diriku bagi-Nya. Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan saya dengan pertanyaan,”Apakah Engkau mengasihi Aku? Kalau engkau mengasihi Aku, apa buktinya?” Ternyata giliran Tuhan Yesus sekarang yang bertanya. Dia menanti saya menjawab sambil tersenyum penuh kesabaran. Saya kaget karena tidak terpikirkan Tuhan akan bertanya demikian. Belum sempat saya menjawab, Ia sudah tidak ada lagi. Sampai sekarang pertanyaan it uterus mengiang di telinga saya. Jika Saudara mendapatkan pertanyaan yang sama dari Tuhan Yesus, apa jawab Saudara?

Ikut Yesus

Teman saya pernah mengatakan,”Ikut Yesus itu sulit sekali!” Ya iyalah, jika kebenaran hadir di tengah dunia yang berdosa pastilah kebenaran itu ditindas oleh kelaliman (Rom 1:18). Bukankah Tuhan Yesus sudah membuktikannya?

“Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku dan dimana Aku berada, disitupun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Waktu saya membaca ayat 26 ini, saya langsung teringat tulisan Pdt. Albert Rumbo beberapa tahun yang lalu tentang gambaran kesulitan kita pada waktu mengikut Tuhan. Setelah selesai hujan, seorang bapak dan anak keluar rumah menuju ke suatu tempat. Si bapak berkata kepada anaknya,”Ikut aku.” Bapak mulai melangkah dan diikuti oleh anaknya. Setiap kali bapak melangkah, si anak selalu mengikuti langkah bapaknya, bahkan dimana bapaknya menapak, anak juga menapak disana, sehingga tapak mereka Cuma kelihatan sepasang. Bukan suatu hal yang mudah bagi anak untuk mengikuti tapak bapaknya. Apalagi kalau tapak bapak mulai melebar, ketika bapak melompat untuk menghindari sesuatu. Dengan susah payah anak mengikuti langkah bapaknya dengan memperlebar langkahnya. Dia tersengal-sengal, nafasnya satu-satu, dia gemetaran, dan mandi keringat. Walau demikian satu hal yang pasti, dimana bapak berada disitu anak berada. Dia tidak akan terpisahkan dengan bapaknya karena dia mengikuti langkah kaki bapaknya.

Pada waktu menghambakan diri apda Tuhan Yesus memang tidak mudah. Banyak tantangan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Bahkan tidak jarang harus menyerahkan nyawa demi amanat pemberitaan kemenangan Yesus di atas kayu salib. Tetapi satu hal yang pasti, kalau kita ikut Tuhan Yesus, kita tidak akan tersesat karena dimana Tuhan Yesus berada disana kita berada dan “… akan dihormati Bapa.”

(Sumber : Warta Gereja GII Hok Im Tong tgl 29 Maret 2009)

No comments:

Post a Comment