Menawarkan Pertolongan

Sudah 4 hari air gunung yang merupakan sumber air di rumah saya berhenti mengalir. Ketika persediaan air dalam torrent habis, saya pun harus memikirkan alternatif lain karena tentu mustahil hidup tanpa air. Pilihan saya kemudian jatuh pada air isi ulang yang harganya masih lebih murah dibandingkan membeli air kemasan galon. Maka saya pun harus bolak balik beberapa kali untuk mencukupi kebutuhan di rumah. Tadi malam air di bak menipis, artinya saya harus buru-buru bergegas mencari depot isi ulang terdekat sebelum semuanya tutup. Tepat ketika saya hendak berangkat, tetangga di depan rumah tiba-tiba memanggil dan menanyakan saya mau kemana. Mendengar jawaban saya, ia langsung menawarkan untuk memakai cadangan airnya saja daripada repot-repot keluar dan membeli air. Saya segan menerima tawarannya karena kami menggunakan sumber yang sama. Kalau air di rumah saya berhenti, di rumahnya tentu juga demikian. Tapi ia terus menawarkan bantuan. "Tidak perlu segan, cadangan saya masih ada. Silahkan ambil sebanyak yang dibutuhkan." katanya. Saya pun kemudian bertanya bagaimana jika nanti ia kesulitan air. Sambil tertawa ia menjawab, "Kalau habis palingan kita sama-sama tidak usah mandi. Yang penting sama-sama." Bantuannya sangatlah berarti bagi saya karena saya sedang sangat sibuk ditimbun deadline. Berkat pertolongannya saya tidak perlu keluar dan bisa memenuhi bak mandi dalam waktu yang singkat.

Sikap seperti yang ditunjukkan tetangga saya tadi semakin langka dijumpai hari ini terutama di dalam tatanan bermasyarakat modern di tengah kota besar. Orang cenderung menjadi semakin individualis, tidak lagi berempati dan enggan menolong tanpa mengharapkan balasan. Semakin banyak saja orang yang tidak mengenal siapa tetangganya. Mengenal saja tidak apalagi menolong. Maka sebuah rasa kebersamaan yang dibangun dalam kehidupan persaudaraan antar tetangga seperti ini menjadi terasa sangat indah.

Apa yang tetangga saya lakukan sangatlah mencerminkan bagaimana sikap orang percaya seharusnya sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan berulang kali di dalam Alkitab. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2) Perhatikan bahwa Tuhan tidak hanya meminta kita rendah hati, ramah atau lemah lembut dan sabar saja, tetapi kita juga wajib menunjukkan kasih dalam wujud nyata lewat kerelaan untuk saling tolong menolong. Ada banyak orang yang mengaku sudah mengasihi tetapi masih keberatan untuk memberi dan membantu. Mereka sulit menyumbangkan sedikit dari apa yang mereka miliki untuk menolong orang lain, curiga terhadap orang yang tengah membutuhkan uluran tangan atau tidak peduli sama sekali. Sikap seperti ini tidaklah mencerminkan kasih, apalagi standar kasih Kerajaan Allah. Dalam 1 Korintus 13 kita bisa menemukan defenisi kasih yang lengkap dari Paulus. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (ay 4-7).

Dalam kesempatan lain Paulus menyerukan pentingnya tolong menolong karena itu artinya kita memenuhi hukum Kristus. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Kerinduan untuk membantu adalah salah satu perwujudan nyata dari adanya kasih Kristus dalam hidup kita, dan penegasan akan hal ini kembali bisa dijumpai dalam ayat berikut ini: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2).

Kerinduan untuk membantu sesama itu harus diwujudkan dengan tulus, bukan karena maksud-maksud atau agenda tersembunyi dibelakangnya seperti ingin dipuji, disanjung atau karena berharap sesuatu sebagai balasan dari orang yang ingin kita bantu. Dalam surat Roma kita bisa menemukan ayat yang mendukung hal ini. "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik." (Roma 12:9).

Pesan kasih sesungguhnya begitu penting. Yesus mengajarkan : "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kita diminta untuk bisa mencapai sebuah tingkatan yang lebih tinggi untuk mengasihi orang lain. Bukan hanya seperti kita mengasihi diri kita sendiri melainkan dengan bercermin kepada Yesus yang begitu mengasihi kita.

Salah satu bentuk kasih akan terlihat dari kerinduan kita untuk membantu sesama. Orang yang hatinya penuh dengan kasih akan gelisah ketika melihat ada orang yang membutuhkan bantuan, dan akan sangat bahagia ketika bisa berbuat sesuatu untuk menolong orang lain. Apa yang penting bukan jumlah nominal atau persentase waktu yang kita curahkan buat membantu, tapi dari kesungguhan dan ketulusan kita atas kasih Yesus yang hidup di dalam diri kita.

Bertolong-tolonglah, karena dengan demikian kita memenuhi hukum Kristus

No comments:

Post a Comment