Karena Tidak Percaya

karena tidak percaya Yesus Kristus
Ayat bacaan: Matius 13:58  
"Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." 

Percayakah anda bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara? Tentu mudah bagi kita untuk berkata amin. Tapi coba kalau pertanyaan selanjutnya lebih diarahkan secara spesifik kepada diri sendiri: apakah Tuhan mampu melakukan perkara besar buat anda? Saya yakin tingkat kepercayaan akan menurun drastis. Jelaslah ada perbedaan nyata antara percaya akan kemampuan Tuhan dengan percaya bahwa anda sendiri berada di dalam jarak jangkau Tuhan dalam melakukan perkara-perkara besar. Saya telah bertemu banyak orang yang tidak pernah merasa yakin bahwa ia mampu mengalami hal-hal luar biasa dalam hidupnya. Alasan yang dipakai pun macam-macam. Ada yang bilang ia tidak lagi terkejut kalau gagal karena sudah biasa, ada yang berkata bahwa dalam hidup ia ditakdirkan bukan menjadi orang yang sukses dan/atau beruntung, ada juga yang bilang itu bukan jatahnya, seolah Tuhan pilih kasih untuk menguntungkan sebagian dan membiarkan sisanya buntung. 

Seringkali doa-doa yang kita panjatkan pada Tuhan untuk meminta uluran tanganNya tidak disertai dengan keyakinan. Berdoa sih berdoa, tapi ya gitu... kalau dijawab syukur, tidak dijawab ya sudah. Berdoa saja dulu, urusan percaya atau tidak nanti saja lihat hasilnya. Padahal firman Tuhan sama sekali tidak mengajarkan seperti itu. Sama-sama berdoa, tapi ada perbedaan besar antara orang yang berdoa dengan disertai keyakinan penuh bahwa Tuhan sangat sanggup menjawab doanya dengan orang yang sekedar berdoa tanpa iman yang disertai rasa percaya. Lebih parah lagi kalau jarak jawaban doa dari Tuhan dipaksa masuk menurut time-frame kita. Kalau dalam seminggu belum juga ada jawaban, maka berarti Tuhan tidak peduli. Kita dengan lancang memberikan batas jatuh tempo sesuai kehendak kita. Pola pikir seperti ini menempatkan Tuhan hanya secara sempit, sebatas penolong yang bisa kita atur sekehendak kita, atau selayaknya bodyguard atau tukang sulap sewaan yang harus patuh setiap saat kepada kita. 

Ini fenomena yang sering terjadi pada banyak orang, bahkan di kalangan anak-anak Tuhan sendiri. Ada seorang bapak paruh baya yang awalnya sangat sulit hidupnya. Jangan salah, ia sangat rajin berdoa bahkan sejak masa mudanya. Tapi anehnya, ia masih terus diselimuti pikiran negatif dan rendah diri berlebihan. Ia pesimis memandang segala sesuatu dan melihat segala hal dari sudut pandang yang buruk saja. Ia berdoa tapi tidak menyadari besarnya kuasa doa, dan tidak menyadari bahwa doa yang dipanjatkan tanpa percaya akan jadi sia-sia. Ketika saya mengarahkannya untuk merubah pola pikir dan mulai perlahan melatih meningkatkan rasa percayanya dalam setiap doa yang ia panjatkan, secara perlahan hidupnya berubah. Hari ini ia sukses bekerja di pulau lain dengan semangat tinggi bak anak muda. Secara tidak sadar ia selama ini menutup sendiri berkat Tuhan. Ia mengabaikan begitu banyak peluang dimana Tuhan bisa memberkatinya berlipat kali ganda dengan segala pikiran negatifnya. Dan doa-doa yang ia panjatkan tidak disertai rasa percaya. Untunglah Tuhan selalu berkenan memberi kesempatan kedua. Puji Tuhan, hari ini ia sudah merasakan sendiri bahwa ternyata ia pun bisa mengalami perkara-perkara besar dalam hidupnya yang berasal dari Tuhan. 

Ada begitu banyak orang yang membuang-buang kesempatan dalam hidup yang singkat ini karena mereka kurang atau bahkan tidak percaya. Mari kita lihat perjalanan Yesus melayani di kotaNya sendiri, di Nazaret. Pada saat itu kehebatan Yesus melakukan banyak mukjizat sudah tersiar dimana-mana, termasuk di Nazaret sendiri. Di mana ada Yesus, disana banyak orang yang berkumpul, dan mereka pun mengalami berbagai mukjizat kesembuhan, pemulihan dan lain-lain. Sangatlah menarik melihat fakta bahwa hal ini tidak terjadi di Nazaret, kota dimana Yesus berasal. Penduduk disana ternyata terlalu dikuasai oleh pikiran negatif yang suka menyepelekan sehingga mereka terburu-buru menghakimi hanya dengan memandang fisik manusia Yesus. Pertanyaan-pertanyaan hadir di pikiran mereka yang membuat mereka ragu. "Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" (Matius 13:54-56). Kebimbangan mengambil alih rasa percaya mereka. Dan inilah yang terjadi: "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." (ay 58). Lihatlah bagaimana mereka menutup sendiri perkara besar yang bisa dan akan Tuhan lakukan dalam hidup mereka hanya karena mereka menolak untuk percaya berdasarkan pemikiran-pemikiran pribadi dan tendensius. Their disbelief made them fail to receive big things from God. Rasa ketidakpercayaan ternyata membuat mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh mukjizat. Inilah yang terjadi apabila kita tidak memliki rasa percaya. Bukankah yang rugi kita sendiri? 

Yesus jelas menyadari betul bahwa manusia memiliki keterbatasan kemampuan berlogika dan berpikir. Logika dan pikiran secara duniawi seringkali menjadi penghalang kita dalam menerima berkat dan mukjizatNya. Karena itulah berulang kali Yesus mengingatkan kita agar percaya, dan berkali-kali pula menegur mereka yang kurang atau tidak percaya. 

Salah satu contoh bisa kita lihat ketika Yesus diminta menyembuhkan anak Yairus. Pada saat itu ketika Yesus sampai dirumahnya, anak Yairus ternyata sudah keburu meninggal. Secara logika manusia tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Itulah yang disampaikan orang-orang yang keluar dari rumahnya. "Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" (Markus 5:35). Perhatikan baik-baik. Orang-orang ini tahu dan kenal siapa Yesus. Mereka tahu Dia sanggup melakukan mukjizat luar biasa. Mereka bahkan merupakan gambaran dari hamba-hamba Tuhan yang melayani di rumah ibadah. Sayangnya logika manusiawi mereka masih membatasi mereka untuk percaya penuh. Bagaimana reaksi Yesus? "Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (ay 36). Selanjutnya ketika Yesus mengatakan bahwa anak itu hanya tidur, mereka kembali menertawakan Yesus. (ay 39-40). Untunglah Yairus tetap percaya. Yang terjadi kemudian, anak perempuan Yairus itu pun hidup kembali, bangun dan langsung berjalan. Lihatlah bahwa kuasa Tuhan berada jauh di atas kemampuan daya pikir dan nalar manusia. Kalau dulu bisa, kenapa sekarang tidak? Kalau itu bisa terjadi pada Yairus dan anaknya, kenapa kita tidak bisa mengalaminya? Mukjizat yang sama, bahkan yang lebih besar sekalipun bisa turun atas kita, namun untuk bisa mengalami itu semua dibutuhkan kepercayaan sepenuhnya kepada Tuhan. 

Yesus mengatakan demikian: "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Agar kita bisa mendapatkan permohonan kita dibutuhkan rasa percaya. Tanpa itu kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan mukjizat, berkat dan pertolongan Tuhan. Dalam kesempatan lain Yesus kembali mengingatkan hal yang sama: "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Artinya jelas, bahwa rasa percaya penuh merupakan syarat mutlak agar apa yang kita doakan bisa benar-benar terjadi secara nyata dalam kehidupan kita. Memang mukjizat Tuhan tidak terjadi kepada semua orang, tapi ingat bahwa dasar turunnya mukjizat Tuhan bukan didasarkan atas latar belakang seseorang, karena Tuhan tidak pernah memandang muka, tetapi didasarkan pada percaya atau tidak. 

Kalau kita percaya sepenuhnya pada Tuhan dan kemampuan kuasaNya, maka mukjizat akan terjadi pada kita. Ini sesuatu yang mengandung kepastian, karena firman Tuhan dalam Matius 21:22 di atas mengatakan "akan menerima" bukan "mungkin menerima". Lihatlah apa yang diberikan Tuhan kepada orang-orang percaya. "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Markus 16:17-18). Jelaslah ada perbedaan nyata antara orang yang percaya dengan orang yang terus hidup dalam kebimbangan. 

Marilah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki pengenalan yang sebenarnya akan Tuhan dan segala kemampuanNya. Seringkali kita gagal mengalami mukjizat, pemulihan, atau lawatan Tuhan justru dari kegagalan kita sendiri untuk percaya. Keraguan kita sendirilah yang menghambat turunnya mukjizat Tuhan secara nyata. Seringkali kita terlalu sibuk mempergunakan kemampuan daya pikir kita yang terbatas ini dan membatasi Tuhan untuk bekerja leluasa sebebas-bebasnya dalam hidup kita. Kita meragukan kuasaNya, dan tidak mengijinkan Tuhan melakukan pekerjaanNya yang dahsyat dan ajaib. Akibatnya kita tidak pernah mengalami sesuatu perkara besar dalam diri kita. Bukan karena Tuhan tidak peduli, namun ternyata karena kita gagal memiliki iman yang percaya penuh kepadaNya. Bila kita percaya, yakinlah bahwa tidak ada satupun hal yang mustahil bagi Tuhan. Dan yakinlah bahwa semua itu akan kita terima. Alami pengalaman luar biasa bersama Tuhan lewat kepercayaan penuh kita kepadaNya.

There can/will be miracle, when you believe

(renunganharianonline.com)

No comments:

Post a Comment