Tekun Berdoa

tekun berdoa
Ayat bacaan: Roma 12:12 "...dan bertekunlah dalam doa!" Ketekunan merupakan sebuah sikap yang sangat diperlukan dan menentukan kesuksesan seseorang. Seperti apa sebenarnya tekun itu? Tekun berarti sebuah sikap yang sungguh-sungguh, serius dan dilakukan terus menerus dalam bekerja. Orang yang tekun punya sifat pantang menyerah meski mereka mengalami gangguan, kesulitan dan hambatan dalam melakukan pekerjaannya. Mereka yang tekun tidak setengah-setengah dalam mengerjakan sesuatu, tidak sambil lalu dan selalu memberi yang terbaik dari dirinya tanpa memandang besar-kecilnya imbalan yang mereka terima. Ada banyak orang yang hari ini mencapai sukses berawal dari kegigihan dan ketekunan luar biasa dalam merintis usahanya. Mereka jatuh bangun, tidak tertutup kemungkinan disepelekan atau ditertawakan, direndahkan, mengalami kerugian di sana sini, tetapi ketekunan mereka pada akhirnya menghasilkan buah setelah melalui rentang waktu yang bisa jadi panjang. 

Sangat menarik kalau kita lihat ayat bacaan hari ini yang diambil dari kitab Roma. Secara lengkap ayat ini berisikan seruan Paulus kepada jemaat di Roma mengenai cara hidup yang baik. "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12). Bertekunlah dalam berdoa, itu merupakan salah satu poin penting selain selalu bersukacita tanpa kehilangan harapan dan tetap bersabar meski tengah ditekan kesesakan. Kedengarannya mungkin sepele, tapi pikirkanlah, berapa banyak orang yang tetap menjadikan doa sebagai sebuah gaya atau bagian hidup ditengah banyaknya kegiatan yang terus bertambah seiring berkembangnya teknologi? Bukankah lebih asyik main gadget, posting foto di jejaring sosial ketimbang menutup mata dan melipat tangan? Atau jalan-jalan, bukankah itu juga lebih menyenangkan? Ada yang menyelipkan doa sambil lalu saja ditengah bermain pada waktu senggangnya, ada yang hanya menyisakan satu-dua menit sebelum tidur untuk porsi doa, ada pula yang hanya kalau sempat atau bahkan sudah sangat jarang melakukannya. 

Semua itu tentu jauh dari pengertian tekun. Bertekun dalam doa adalah menjalankan doa secara serius, sungguh-sungguh, sepenuh hati, tidak menyerah dan putus asa meski jawaban doa belum hadir saat itu juga. Bertekun dalam doa adalah meluangkan waktu secara khusus, fokus sepenuhnya dalam membangun komunikasi dengan Tuhan, bukan dilakukan sambil lalu, diselipkan sana sini ditengah beraktivitas. Bertekun dalam doa adalah kerajinan dan semangat dalam memanjatkan doa dengan didasari kerinduan dan iman yang percaya penuh disertai kesabaran. Tidak kenal lelah, dilakukan terus menerus dengan serius, sepenuh hati. Seperti itulah seharusnya kita berdoa. 

Dalam menghadapi masalah, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap pada Tuhan? Seringkali ketidaksabaran ini menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Betapa seringnya kita hanya mencoba sebentar, hanya berdoa selama beberapa waktu, tetapi kemudian kita pun cepat merasa kecewa dan berhenti berdoa. Kita mau Tuhan menjawab dengan instan sesuai waktu yang kita inginkan, jika tidak maka secepat itu pula kita meninggalkan Tuhan. Sebagian orang lalu akan segera mencari alternatif-alternatif lain akibat merasa kecewa kepada Tuhan. 

Atau tidak jarang pula orang terlebih dahulu mencoba segala sesuatu dan baru mencari Tuhan sebagai alternatif terakhir, atau ada pula yang menganggap doa sebagai sesuatu yang sekedar "nothing to loose." Ya dicoba saja, berhasil syukur kalau tidak ya sudah.." seperti itu pikiran sebagian orang. Itu bentuk doa yang tidak disertai keyakinan sedikitpun bahwa Tuhan mendengar dan sanggup menjawab doa mereka. Yang sering menjadi akar permasalahan, selain tidak yakin, mereka pun sulit menerima kenyataan bahwa waktunya Tuhan yang terbaik, untuk menyediakan segala yang terbaik bagi kita. Waktu yang terbaik yang kita anggap benar hanyalah berpusat pada pandangan kita pribadi, bukan lagi waktunya Tuhan. Tidak jarang pula orang malah hanya menganggap doa seperti mengirim paket permintaan semata. Ada perlu baru berdoa, jika semua berjalan sesuai keinginan, maka doa pun tidak dibutuhkan lagi. Padahal doa merupakan sarana bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan. Semakin rajin kita berdoa, hubungan kita akan semakin dekat, kita pun akan semakin peka terhadap suaraNya. Dan itu membutuhkan ketekunan. 

Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang sangat menarik mengenai pentignnya sebuah ketekunan dalam berdoa seperti yang bisa kita baca dalam Lukas 18:1-8. Mengambil perumpamaan tentang seorang janda, sosok yang lemah dan sering digambarkan sebagai figur yang tertindas dan diperlakukan tidak adil di dalam Alkitab, dan seorang hakim yang lalim. Demikian bunyi ayat pembuka perikop ini. "Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1). Dalam kisah ini, si janda diceritakan terus memohon kepada hakim lalim agar haknya dibela. (ay 3). Sementara si hakim bukanlah orang yang takut akan Tuhan, dan sikapnya arogan dan lalim, tidak menghormati siapapun. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim, sudah tentu ia menolak permohonan janda ini. Tapi lihatlah janda itu tidak jemu-jemu mendatanginya dan memohon. Dengan gigih janda itu berjuang. Kegigihan menunjukkan bahwa ia masih menaruh harapan agar permohonannya dikabulkan, karena tidak ada orang yang akan gigih jika mereka tidak punya harapan sama sekali. Lalu pada akhirnya sang hakim yang lalim pun luluh dan membenarkan si janda. Dan Yesus pun berkata, "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!" (ay 6). 

Jika hakim yang lalim saja bisa luluh terhadap permohonan tidak jemu-jemu, dan pada akhirnya mau mengabulkan permintaan si janda, bagaimana mungkin Tuhan yang begitu penuh kasih setia tidak mendengarkan seruan kita? "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (ay 7). Tuhan yang penuh kasih dan adil akan selalu membenarkan anak-anakNya yang siang dan malam berseru kepadaNya dengan tidak jemu-jemu! Dia akan selalu memperhatikan setiap anakNya yang terus datang dengan kerinduan dan kasih untuk berbicara dan mendengar suaraNya tanpa henti, tanpa terpengaruh hal apapun. Dia tidak akan pernah mengulur-ulur waktu untuk menolong kita, Dia tidak akan pernah berbahagia melihat kita menderita. 

Apa yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perumpamaan tadi begitu jelas, memberi sebuah perumpamaan untuk menegaskan, bahwa kita seharusnya selalu berdoa dengan tekun dan tidak jemu-jemu. Yesus mengajarkan bagaimana besarnya kuasa doa, bagaimana kita sebagai anak-anak Allah sebaiknya terus berdoa siang dan malam dengan tekun, bagaimana hendaknya kita tetap hidup dalam pengharapan dan tidak putus asa. Paulus dalam beberapa kesempatan menunjuk pada doa yang terus dilakukan siang dan malam dengan sungguh-sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. "Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu." (1 Tesalonika 3:10). Lihatlah bagaimana ketekunan dan kesungguhan Paulus dalam mendoakan jemaat disana. Ini menjadi gambaran sebuah kegigihan dan ketekunan dalam doa yang disertai pengharapan yang berakar pada iman yang percaya sepenuhnya pada Tuhan. 

Akan tetapi jangan salah menganggap bahwa apa yang dimaksud dengan berdoa dengan tidak jemu-jemu atau doa yang dipanjatkan terus menerus siang dan malam merupakan doa yang harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele. Bukan begitu, karena Yesus sudah mengajarkan bagaimana cara berdoa yang baik dan benar dalam Matius 6:5-15. Bukan karena banyaknya kata-kata, keindahan rangkaian kata dalam doa, tapi doa yang disertai iman lah yang penting. Bukan pula doa yang hanya dilakukan karena ada permintaan dan kebutuhan, menjadikan doa sebagai paket permintaan, tapi dasarkan doa sebagai sarana bagi kita untuk membina keintiman hubungan dengan Tuhan. Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau mengandalkan Tuhan akan terukur atau terlihat dari kesetiaan kita dalam berdoa. 

Kalau ketekunan dalam merintis usaha, dalam bekerja, menimba ilmu pengetahuan dan lain-lain sangat penting dan bisa mendatangkan keberhasilan besar, dalam berdoa pun sama. Bertekun dalam doa, tidak jemu-jemu, siang dan malam, tidak akan pernah sia-sia. Ada kalanya jawaban Tuhan tidak akan segera datang. Mungkin waktunya belum tepat, mungkin Tuhan ingin menguji keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya, Tuhan akan menolong dan memberkati kita sesuai janji-janjiNya. Itu adalah sebuah kebenaran yang sifatnya pasti. Karena itu, hindarilah ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada rupa-rupa kesesatan ketika kita memilih untuk mencari alternatif atau jalan pintas yang bisa membinasakan. Adalah jauh lebih penting untuk membina hubungan karib dengan Tuhan, dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Oleh sebab itu tetaplah bertekunlah berdoa tanpa jemu-jemu. "Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23). 

Ketekunan merupakan faktor penting yang membawa kesuksesan

(renunganharianonline)

No comments:

Post a Comment