Apa Tepatnya Yang Dimaksud Dengan Rendah Hati

Penting untuk mengenali kerendahan hati yang sejati ketika Anda melihatnya. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengenali kerendahan hati yang sejati ketimbang mengetahui seperti apakah kerendahan hati yang palsu atau tiruan.

Cara yang baik untuk memulai proses memahami kerendahan hati yang sejati adalah dengan memperhatikan secara cermat kehidupan seorang tokoh yang Alkitab katakan sebagai orang yang rendah hati. Dalam hal ini, saya merasa terbantu dengan memperhatikan Musa sebagai teladan yang baik untuk kerendahan hati.

Kerendahan Hati Musa

Musa bukan hanya salah satu dari tokoh dalam Alkitab yang sangat dihormati, tetapi juga dikenang sepanjang sejarah sebagai salah satu pemimpin terkemuka dari ras manusia. Sedikit sekali orang yang menyangkal ini. Musa adalah pemimpin yang penuh kuasa dan teladan yang tidak ada bandingannya bagi semua agama. Namun, menurut Bilangan 212:3 "Musa adalah orang yang sangat rendah hati, melebihi semua orang yang hidup di bumi ini."

Ini berarti Musa adalah orang paling rendah hati di dunia pada masa itu. Beberapa penerjemah Alkitab menggunakan "meekest" (paling lembut) sebagai ganti "humblest" (paling rendah hati) untuk menerjemahkan kata Ibrani ‘anaw. Jadi pada Musa kita mendapat kombinasi pemimpin yang paling berkuasa di dunia dan individu yang paling rendah hati. Ini cocok sekali dengan apa yang Yesus katakana berabad-abad kemudian, "Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Matius 23:12).

Pengetahuan Tentang Kerendahan Hati Kita

Apakah Anda pernah berpikir bahwa penulis pernyataan terkenal Musa lebih rendah hati daripada semua orang lain di bumi adalah Musa sendiri? Musa menulis lima kitab pertama Alkitab, Kitab Bilangan adalah yang nomor tiga. Jika Anda tidak berpikir tentang hal ini sebelumnya, ide tersebut biasanya sedikit mengejutkan. Sebenarnya, hal ini telah begitu mengejutkan beberapa ahli Alkitab sehingga mereka mengajukan hipotesis bahwa editor yang belakangan dari Kitab Bilangan pasti sudah menyisipkan komentar itu. Dalam benak mereka, Musa tidak mungkin cukup congkak untuk menyatakan dirinya sebagai orang yang rendah hati. Seandainya benar, pernyataan seperti ini pasti langsung membatalkan kerendahan hatinya.

Mari kita pikirkan hal ini sejenak. Saya percaya ini adalah masalah yang sangat penting. Dapatkah seseorang yang benar-benar rendah hati mengakui bahwa dirinya rendah hati dan mengucapkan kepada orang lain? Mengapa tidak? Pertimbangkan komentar sarjana Alkitab A. A. MacRae tentang Musa.

Kesalahan tidak disembunyikan atau diabaikan, juga tidak ada kesederhanaan yang pura-pura mengenai penyajian hal-hal baik persis sebagaimana adanya. Menulis dibawah inspirasi Roh Kudus. Musa tidak ragu mencatat dosa dan kelemahannya sendiri, dengan menggunakan bahasa yang paling jelas. Akan berlawanan sekali dengan objektivitas luar biasa dari Alkitab apabila ia tidak merekam pula kualitas dirinya yang paling kuat: kerendahan hatinya.

Pikiran ini membuat saya mengajukan pertanyaan kepada diri saya sendiri, kualitas pribadi apakah yang saya miliki untuk menulis sebuah buku lengkap tentang kerendahan hati? Dapatkah orang menulis buku tentang kerendahan hati apabila ia sendiri tidak rendah hati? Ini sebenarnya bukanlah pertanyaan yang begitu sulit. Dapatkah seseorang menulis buku tentang investasi di pasar saham jika ia sendiri sedang bangkrut? Dapatkah seorang penulis buku tentang diet jika ia sendiri kegemukan dan tidak pernah sukses denga diet? Dapatkah seseorang menulis buku tentang bagaimana mengasuh anak sementara anak-anaknya sendiri tumbuh dewasa sebagai pengacau dan berada di penjara? Sejalan dengan ini, terpikir oleh saya bahwa saya mungkin tidak boleh berusaha menulis buku tentang kerendahan hati apabila saya sendiri tidak rendah hati dan apabila saya tidak dapat berfungsi sebagai teladan.

Teladan Dalam Alkitab

Saya mempunyai beberapa teladan dalam Alkitab untuk mendukung maksud saya. Seperti sudah saya kemukakan, Musa adalah satu kasus yang jelas. Yesus dan Paulus adalah dua yang lain. Masing-masing juga mengatakan diri mereka rendah hati.

Yesus berfirman, "Aku lemah lembut dan rendah hati" (Matius 11:29). Kata "gentle" atau "lemah lembut" dalam New King James Version diterjemahkan "meek" di beberapa versi lain. Ini berkaitan dengan kata Yunani "prayotes", yang sudah saya sebutkan dalam bab sebelumnya. Sebenarnya, New Living Translation memberikan pernyataan, "I am humble and gentle." Yesus, saya sadari, adalah pribadi kedua dari Trinitas, dan dengan begitu, Tuhan sendiri, tetapi kita masih dapat mengikuti teladan-Nya. Kita juga harus sanggup berkata, "Aku lemah lembut dan rendah hati," khususnya karena kedua karakteristik ini terdaftar dalam Galatia 5 sebagai buah Roh Kudus.

Namun Paulus adalah manusia sebagaimana kita. Dalam Kitab 2 Korintus, surat dimana ia paling menegaskan kualifikasinya sebagai rasul, Paulus juga menulis, "Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah" (2Korintus 10:1). Kata "meekness" (lemah lembut) yang digunakan disini juga berasal dari kata Yunani "prayotes". Kata untuk kerendahan hati. Agaknya Paulus tidak mengalami masalah mengidentifikasikan diri dengan penegasan Yesus bahwa Ia rendah hati. Jadi, walaupun Paulus ditinggikan oleh Tuhan sebagai rasul, ia juga mengakui bahwa satu alasan yang Tuhan lihat cocok untuk melakukan ini adalah karena ia (Paulus) telah memilih untuk merendahkan diri.

No comments:

Post a Comment