Pelajaran dari Ruang Operasi

Baca: Wahyu 7:9-17

"Kamu ... menerima pengajaran ... yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:21-24)

Dunia ruang operasi yang misterius sungguh menakutkan bagi mahasiswa, tapi aturan dasarnya adalah mempertahankan kesterilan. Saya pernah diizinkan melihat seorang ahli bedah plastik kenamaan bekerja. Ketika ia menunjukkan lukanya, semua siap untuk pembedahan, ia melangkah mundur dan menyenggol lengan saya. Saya tidak akan pernah melupakan pertanyaannya, "Kau menyentuhku?" Saya hanya manggut dan merasa malu sekali ketika ia berkata kepada perawat, "Saya sudah tidak steril."

Ketika Tuhan Yesus Kristus turun ke bumi, Ia sama sekali tak bercacat. Ia murni dan steril, sehingga Ia bisa membawa kesembuhan bagi dunia kita yang sudah tercemar. Saya membayangkan kehadiran-Nya di sini seperti kebalikan dari situasi di ruang operasi. Apa pun yang Ia sentuh menjadi bersih. Ketika Ia memilih untuk mati bagi dosa dunia, Ia mencemarkan diri-Nya sendiri, dan merasakan apa arti najis untuk pertama kalinya. Penderitaan dan penghinaan yang dialami-Nya tak terbayangkan. Untuk pertama kalinya, Ia tidak diperkenankan berdekatan dengan Bapa-Nya, dijauhkan dari semua yang Ia kasihi, karena Ia telah tercemar oleh dosa kita. Namun, Allah Bapa mampu, dengan kekuasaan-Nya yang menakjubkan, untuk memulihkan kesterilan Putra-Nya. Sekarang, melalui Tuhan Yesus, kita bisa dibalut dengan balutan steril -- pakaian keselamatan (Yesaya 61:10). Semua ini penting, sebelum kita, dengan yakin, bisa mendekati Allah.

Ketika kita memasuki ruang operasi dalam keadaan sebagaimana adanya, kita tidak steril dan dilarang masuk, kecuali kita sudah mencuci diri dengan sempurna dan memakai pakaian khusus. Demikian pula, kita tidak bisa mendekati Allah dengan mengandalkan kebaikan kita sendiri. Hanya anugerah-Nya yang bisa membuat kita bersih dan tetap menjaga kebersihan kita.

(Sumber : e-JEMMi)

No comments:

Post a Comment