Apa yang dibicarakan di dalam khotbah dan lecture selama 30 menit sampai 1 jam terasa gampang dan mudah didengar adanya, namun pada waktu topik itu diletakkan di dalam story hidup kita betapa tidak gampang dan tidak mudah semua itu. Segala sesuatu kelihatan gampang dan mudah pada waktu kita menggambarnya di dalam peta, tetapi tidaklah gampang dan mudah pada waktu kita menjalani journey apa yang digambar di dalam peta itu.
Membuat rancangan gambar rumah di atas kertas blueprint gampang dan mudah tetapi tidaklah gampang dan mudah pada waktu kita membangunnya di atas tanah. Rancangan di atas kertas blueprint tidak pernah mencatat dan memikirkan faktor-faktor hal yang unpredictable yang bisa terjadi pada waktu kita mulai membangun. Blueprint itu tidak pernah memikirkan ada faktor cuaca yang mempengaruhi; blueprint itu tidak sanggup untuk bisa mencatat faktor alam, natural disaster, ataupun kesulitan keuangan dan berbagai kesalahan yang bisa terjadi pada waktu proses membangun rumah itu, koreksi demi koreksi yang harus dilakukan yang begitu melelahkan hati kita.
Gampang dan mudah pada waktu kita berbicara tentang ‘kasihilah sesamamu’ di dalam bentuk lecture dan preaching, namun kita tahu betapa tidak gampangnya ketika Tuhan memanggil kita melakukannya kepada orang yang paling sulit untuk dikasihi. Itulah sebabnya saudara akan menemukan Alkitab bukan saja berbicara soal hukum, mencatat peraturan-peraturan dan memberikan wisdom di dalam Taurat dan Amsal, tetapi Alkitab juga datang kepada kita menyatakan firman di dalam bentuk cerita dan story.
Pernahkah saudara memikirkan kenapa Yesus harus mengajar di dalam bentuk cerita dan perumpamaan? Karena pada waktu apa yang Ia ajarkan diletakkan di dalam cerita dan story baru orang mengerti betapa tidak gampang dan tidak mudah semua itu adanya.
“Guru, siapakah sesamaku manusia yang patut aku tolong?” (Lukas 10:29). Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang Ahli Taurat kepada Tuhan Yesus. Gampang dan mudah memberi jawab dan lecture kepada orang yang bertanya seperti itu, hiduplah saling tolong menolong kepada orang yang lebih kurang daripadamu. Namun Yesus memberinya story. Mau membantu orang? Adalah seorang baru pulang dari Yerusalem ke Yerikho, di tengah jalan dia dirampok dan dipukuli sampai hampir mati. Orang sebangsanya lewat namun mereka tidak mau menolongnya. Lalu lewatlah seorang Samaria yang setiap hari dihina dan diludahi oleh orang Yahudi, yang tidak pernah ditolong sebab dia bangsa lain yang najis bagi orang Yahudi. Orang itu menghampiri dan menolongnya (Lukas 10:30-37). ‘Tolonglah sesamamu’ bisakah engkau menolong sekalipun orang itu adalah musuh dan orang yang berbeda bangsa denganmu?
Yakobus berkata, “Hendaklah kamu saling memaafkan dan mendoakan orang lain” gampang dan mudah dikatakan di dalam lecture dan preaching, tetapi pada waktu itu ditaruh di dalam story hidup kita, forgiveness betapa tidak mudah, betapa susah dan betapa sulit adanya. Petrus pernah bertanya, “Berapa kalikah aku harus mengampuni sesamaku? Tujuh kali?” Yesus tidak menjawabnya berupa khotbah dan lecture, tetapi Yesus memberinya sebuah story. Kenapa? Sebab pada waktu pengampunan itu ditaruh di dalam cerita, engkau baru tahu apa arti pengampunan itu sesungguhnya. Betapa hati kita begitu sempit dan picik jikalau kita tidak menghargai betapa besar dan generousnya pengampunan Tuhan dalam hidup kita dan betapa susahnya kita bisa mengampuni satu orang yang sudah berhutang kepada kita satu rupiah dalam hidup kita padahal Tuhan sudah mengampuni hutang kita yang jutaan dolar kepadaNya (Matius 18:21-35).
Lukas 1-2 bicara mengenai kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia dan karya keselamatan Allah dalam bentuk story dan cerita dari orang-orang yang terlibat dengan peristiwa ini. Ada Zakharia dan Elisabet; ada Maria dan Yusuf; ada Simeon dan Hana. Kalau cerita dan story kehidupan mereka ditaruh di dalam cerita dan story kehidupan kita masing-masing, di situ baru kita lihat betapa tidak gampangnya pekerjaan dan anugerah Tuhan itu datang ke dalam hidup engkau dan saya. Tetapi puji Tuhan, biar hari ini digugah untuk memikirkan semua apa yang telah kita dengar, apa yang kita baca di dalam Alkitab firman Tuhan, apa yang kita terima dari lecture dan preaching, biar semua itu kita letakkan di dalam story hidup kita.
Di dalam PL konsep “tsaddiq” atau “tsaddiqim” orang-orang benar kerap muncul. Siapakah mereka itu? Lukas mencatat dan memunculkan semua orang ini di dalam Lukas 1-2, mengingatkan kepada kita siapa mereka itu. Mereka bukan orang penting dalam politik, bukan orang kaya, bukan orang berkuasa. Tetapi mereka adalah disatukan dalam predikat yang sama, “These people are tsaddiqim.” Lukas 1:6 menyebut Zakharia dan Elisabet, keduanya adalah orang yang benar di hadapan Allah dan saleh di antara manusia. Lukas 2:25 menyebut Simeon, seorang yang benar dan saleh. Perhatikan padanan dari Matius 1:19 mengenai Yusuf, seorang yang tulus hati di hadapan Allah. Maka Lukas 1-2 adalah cerita story dari orang-orang tsaddiqim, orang-orang yang benar di hadapan Tuhan.
Masing-masing orang yang diceritakan oleh Lukas ini adalah orang-orang yang tidak berbeda dengan engkau dan saya, mereka mengalami pergumulan yang kurang lebih sama. Pergumulan sebagai pasangan muda, pergumulan sebagai pasangan senior, pergumulan sebagai seorang janda. Pergumulan pasangan muda yang shock luar biasa mendapatkan seorang anak, terutama bagi Yusuf, karena Anak ini bukan anaknya, membesarkan anak di dalam kondisi yang sangat miskin. Kalau Yusuf hanya memikirkan harga diri sendiri, Maria hanya memikirkan nama baik sendiri, kita percaya mereka tidak akan berani menerima dan menanggung apa yang Tuhan mau dalam hidupnya.
Gampang kita menasehati pasangan muda yang menghadapi realita hidupnya, ‘bersandar dan percaya kepada Tuhan,’ tidak gampang untuk dijalani. Maria dan Yusuf menghadapi bahaya yang begitu berat, dicari dan hendak dibunuh oleh Herodes (Matius 1:16). Mungkin kita berpikir, kenapa Tuhan tidak langsung membunuh raja yang jahat itu, sehingga Yesus tidak perlu lari ke Mesir? Inilah journey yang harus mereka hadapi.
Ada janda yang namanya Hana. Simple sederhana kalimat Lukas, ”...ada Hana, seorang janda berumur 84 tahun…” (Lukas 2:36-37). Namun dapatkah kita membayangkan hidup dia? Baru menikah tujuh tahun lamanya, ia sudah menjanda. Katakanlah kalau dia menikah umur 17 tahun, suaminya meninggal pada waktu dia berumur 24 tahun, sampai umur 84 tahun, berarti 60 tahun dia hidup sebagai janda. Maka wajar dia harus hidup di Bait Allah dan tinggal di sana siang dan malam, karena tidak ada tempat lain baginya, seorang janda yang tidak punya uang, yang tidak punya keluarga untuk menunjang hidupnya. Tempat satu-satunya bagi dia adalah tinggal di Bait Allah, berpuasa dan berdoa, menanti sedekah dan belas kasihan dari orang-orang datang berbakti ke Bait Allah yang share makanan mereka kepada orang-orang seperti dia. Tidak gampang dia menjalaninya sebagai seorang yang setiap hari mengemis makanan di Bait Allah, enam puluh tahun dia hidup seperti itu. Engkau mau bicara soal hidup yang unfortunate? Inilah orangnya. Tetapi mari kita perhatikan, tidak ada bitterness pada diri janda ini. Dia berdoa, dia pakai seluruh hidupnya sebagai seorang janda melakukan apa yang bisa dia kerjakan, dia mendoakan orang lain dan melayani di Bait Allah. Dan Alkitab mencatat waktu Hana melihat Bayi Yesus, betapa sukacita dan pujian syukur kepada Allah.
Ada Zakharia dan Elisabet, pasangan suami isteri yang saleh dan baik, menanti anak tidak kunjung datang puluhan tahun lamanya (Lukas 1:7). Ada Simeon, yang meminta Tuhan supaya tidak mati sebelum melihat Mesias dalam hidupnya (Lukas 2:25-26). Orang yang tidak pernah pudar pengharapannya dan Tuhan akhirnya memberinya kesempatan melihat seberkas cahaya keselamatan ketika dia berjumpa dengan Bayi Yesus. Itu Simeon. Betapa banyak orang-orang percaya seperti Simeon ini, yang selama hidupnya tidak pernah mendapatkan apa yang diharapkan dan diinginkan dalam hidupnya, yang belum pernah memperoleh apa yang diinginkan sampai kepada detik-detik terakhir hidupnya. Apakah pengharapan itu tidak pernah pudar dan lenyap dari hidup kita yang seperti itu? Begitu banyak orang di dunia ini menjalani journey hidup yang kurang lebih sama dengan mereka. Namun apakah kita menjalani story hidup kita sama seperti mereka, sebagai tsaddiqim, orang-orang yang benar dan saleh di dalam perjalanan hidup kita?
Tahun 2013 ini kita akan jalani, biarlah setiap kita walaupun masing-masing menjalani hidup yang berbeda, kita diikatkan dengan satu ground story yang sama. Walaupun perjalanan hidup setiap kita berbeda-beda, yang terpenting dan terindah adalah biar setiap kita menjalani hidup ini sebagai seorang yang tsaddiq.
Amsal 11:10 “Bila orang benar mujur, beria-rialah kota…” dalam terjemahan bahasa Inggis, “The tsaddiqim prosper, the city rejoices.” Ini ayat yang indah luar biasa, suatu grand vision yang agung. Siapa bilang, mengerjakan hal-hal yang benar dan tsaddiq tidak akan membuat kita prosper? Tetapi di pihak lain orang Kristen yang prosper dan bertambah kaya-raya, biar hidupnya dijalani sebagai orang yang tsaddiq.
Apa kelemahan dan kesalahan dari Materialisme? The spirit dari Materialisme adalah the rich is getting richer, the poor is getting poorer. Tetapi perhatikan the grand vision dari Amsal 11:10 ini begitu berbeda, the tsaddiq getting prosper, the city rejoices. Artinya prosperity orang tsaddiq menjadi berkat bagi seluruh kota; the prosperity dari orang tsaddiq menjadi berkat bagi gereja dan kerajaan Allah. Itulah bedanya. Apa kelemahan dan kesalahan dari Komunisme? The spirit dari Komunisme adalah when the rich is getting richer, the poor is getting jealous and envy. Hanya Alkitab yang memberi panggilan yang begitu indah dan agung ini, the tsaddiq prospers, the city rejoices. Ini adalah prinsip firman Tuhan.
Hidup di dalam dunia yang sudah berdosa ini kita sedang berusaha menuju ke situ. Tetapi grand vision ini akan menjadi indah dan genap pada waktu kita berada di dalam langit dan bumi yang baru. Ketika tidak ada lagi dosa, ketika Kristus menjadi Tuhan dan Raja bagi semua, di situ setiap anak-anak Tuhan menjadi tsaddiqim, mengelola alam ini menjadi lebih prosper dan semua orang menikmati dengan indah dan rejoices. Namun kita sekarang yang sedang menuju ke sana, harap kita tidak dijebak oleh kesalahan dari the spirit of Materialism, yang pada waktu menjadi prosper hanya prosper untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita menjadi iri dan dengki, orang-orang di sekitar kita menjadi lebih miskin dan merana karena kita prosper di dalam keserakahan dan keegoisan kita. Kita juga tidak boleh menjadi orang yang envy dan jealous kepada prosperity dari orang-orang lain dan ingin menarik turun orang-orang itu dengan jiwa anarkis. Itu bukan panggilan kita, karena Alkitab tidak memberi indikasi kita diberi hidup yang sama-rata oleh Tuhan, masing-masing diberi berbeda. Yang diberi banyak, Tuhan akan tuntut kita mengembangkan lebih banyak. Yang diberi sedikit, Tuhan akan tuntut sesuai dengan apa yang Tuhan telah beri kepadanya. Itu adalah perbedaan yang Tuhan beri kepada kita masing-masing. Tetapi ujung-ujungnya ketika kita bertumbuh, ketika kita maju, kita menjadi berkat bagi orang yang lain.
Memasuki tahun 2013 seolah dunia flat, tenang, tetapi percayalah ini adalah ketenangan sebelum datangnya badai. Tetapi jangan ini membuat kita menjadi kuatir dan gelisah, karena bukankah badai dan topan itu juga terjadi di tahun-tahun yang lampau? Dan kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan memampukan kita bisa melewati semuanya dengan indah dan baik, engkau dan saya ada sebagaimana kita ada hari ini. Badai itu mungkin akan lebih besar lagi, tantangan akan lebih besar dan lebih berat. Kita mungkin kuatir, takut dan gelisah, kita menghadapi banyak hal di depan yang tidak pasti. Biar kita bawa hati dan hidup kita kepada Tuhan. Serahkan dan letakkan masa depan kita di dalam tanganNya. Betapa indahnya kita boleh menyaksikan hidup seorang yang jujur, yang saleh, yang benar, mereka berdiri di hadapan Tuhan menyatakan cinta kasihnya dan menyaksikan keindahan anugerah Tuhan yang baik. Biar kita juga menjadi seorang Kristen yang baik, yang melihat apa yang diberi oleh Tuhan sebagai pemberian Allah yang kita dengan setia mengelolanya untuk hormat dan kemuliaan Tuhan.
Lukas ingin menggambarkan betapa tsaddiq dan salehnya keluarga Yusuf dan Maria dengan kalimat “Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah…” (Lukas 2:41). Mereka bukan orang kaya, bahkan hidup mereka berada di garis kemiskinan, namun setidak-tidaknya mereka masih menaati aturan yang paling minimal yang diatur dalam PL, sekalipun betapa susah dan sulitnya kehidupan ekonomi mereka. Lukas mencatat ada tiga peraturan yang Yusuf dan Maria lakukan menaati hukum Taurat bagi ibu yang baru melahirkan dan bayinya. Yang pertama, pada hari ke delapan Yesus dibawa ke sinagoge untuk disunat dan diberi nama (Lukas 2:21). Yang kedua, orang tua Yesus menyerahkan anak sulung sebagai kewajiban keluarga Yahudi yang diatur hukum Musa. Semua anak laki-laki yang sulung itu adalah milik Tuhan, harus engkau serahkan untuk Tuhan (Keluaran 13:2). Namun pada waktu engkau membawa pulang kembali anak itu ke rumahmu, engkau harus membayar “ganti rugi” kepada Tuhan dengan menebusnya. Yang ketiga, 40 hari setelah melahirkan Maria mengikuti upacara pentahiran (Lukas 2:22-24). Selama 40 hari setelah melahirkan, barulah seorang ibu boleh datang ke Rumah Tuhan. Lukas mencatat dengan teliti akan hal ini, “Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya…” (Lukas 2:39). Ini adalah tugas dan responsibility dari kedua orang tua ini menjalani prinsip hukum Tuhan, tidak ada yang mereka abaikan. Dalam Galatia 4:4 Paulus mengatakan Yesus sebagai manusia “lahir dari seorang wanita dan takluk kepada hukum Taurat.” Pada waktu berkonfrontasi dengan pemimpin agama Yahudi dan ahli Taurat, Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya” (Matius 5:17). Engkau dan saya tidak lagi menjalankan segala peraturan yang dicatat di dalam hukum Taurat tidak berarti kita menjadi orang yang mengabaikan hukum Taurat; kita tidak menjalaninya lagi sebab kita sudah melakukan yang lebih daripada itu. Kita tidak lagi memberikan kambing domba sebagai korban bakaran di atas mezbah di Bait Allah, karena Kristus Tuhan kita sudah menggenapkannya dengan menjadikan diriNya korban bagi kita. Kita tidak lagi melakukan persembahan seperti yang diperintahkan hukum Taurat karena kita melakukan panggilan Tuhan dalam Perjanjian Baru, yaitu membawa tubuh kita sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan (Roma 12:1).
Ibadah kita yang sejati adalah mempersembahkan seluruh diri kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah.
Tahun ini ambil waktu memberanikan diri melakukan sesuatu bagi Tuhan. Jika ada bakat atau talenta yang saudara boleh share dan bagikan di dalam pelayanan dengan tanpa memikirkan keuntungan dan jasa bagi diri sendiri. Bukan saja uang kita, bakat kita, waktu kita, tenaga kita; di dalam pekerjaan kita, ketika kita membuka usaha dan membangun bisnis, jangan hanya semata-mata menjadi profit bagi diri sendiri. Relakan sebagian dari profit itu saudara sisihkan untuk mendukung dan menunjang badan-badan misi dan organisasi non profit lainnya yang mengelola dan mengusahakan kesejahteraan bagi orang yang lebih banyak dan lebih merata. Bagaimana Tuhan tidak akan lebih memberkati dan membuat orang-orang yang mengasihi pekerjaan Tuhan lebih prosper lagi karena engkau mengerti nilai di balik semua itu?
Ada begitu banyak anak-anak muda Kristen yang pergi meninggalkan negerinya dan tinggal di Afrika, melakukan partnership dengan pemerintah setempat untuk membangun pertanian dan pengairan yang baik, yang menghasilkan perputaran dan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik bagi orang-orang setempat. Beberapa perusahaan Kristen yang prosper, yang bekerja penuh untuk profit, mereka tidak mengeruk semua bagi keuntungan sendiri tetapi mereka tahu prinsip ini, mereka berbagian mengembangkan kesejahteraan rakyat banyak. Itulah caranya menikmati indah berkat Tuhan yang limpah seperti itu.
Kedua, ketika tahun ini engkau dan saya akan menjalani journey dalam story hidupmu, ada jalan yang panjang, ada jalan yang pendek, ada jalan pintas, ada jalan yang berliku, ada jalan yang lancar, ada jalan yang curam, mari kita berespons dengan tiga respons yang sangat unik ketika hal-hal ini terjadi di dalam hidup Maria. Lukas 2:19 “Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya…” Lukas 2:33 ”...bapa serta ibuNya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.” Lukas 2:50-51b “Tetapi mereka tidak mengerti… dan ibuNya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” Kadang-kadang terlalu banyak hal yang membombardir hidup kita, bisa datang beruntun tanpa bisa kita kunyah dan hadapi dalam hidup ini. Banyak hal bisa terjadi yang mungkin melampaui prediksi dan perhitungan kita. Tetapi panggilan saya, biar kita memasuki tahun ini dengan kontemplasi, kita amazed dan kita akan merenungkan semua itu. Kita mungkin tidak mengerti bagaimana cara Tuhan bekerja di dalam hidup kita. Mari kita jangan ngoceh dan bersungut-sungut, jangan kesal, jangan marah, jangan cepat-cepat mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Biar hati kita tenang dan contemplated, kalau Tuhan sudah jalin dengan indah, biar hati kita kagum kepada segala karya dan perbuatanNya. Sebagai orang yang benar, orang yang bersih dan jujur, orang yang mencintai Tuhan, orang yang mengasihi orang lain, orang yang hidup di dalam damai sejahtera di hadapan Tuhan.
No comments:
Post a Comment