Pada suatu kali ada
seorang kakek peminta-minta yang bungkuk punggungnya berdiri di depan sebuah
warung dimana saya tengah makan. Ada sekumpulan anak muda yang duduk tidak jauh
dari saya, dan salah satunya berkata sambil tertawa kecil, "sudah minta-minta,
bungkuk pula.. apa ya salah ibunya dulu.." Saya merasa kaget mendengar
celetukannya, yang meski tidak dikatakan dengan suara keras tapi tetap bisa
saya dengar dengan jelas. Mungkin ia hanya terbawa suasana ramai makan malam
bersama teman-teman, namun perkataannya sangat tajam dan akan sangat melukai si
kakek pengemis apabila mendengarnya. Kenapa ibunya yang dikata-katai, padahal
kenal saja tidak. Merefleksikan hal tersebut pada kehidupan kita sehari-hari,
kita pun sering secara tidak sadar mengeluarkan ucapan-ucapan yang secara tidak
langsung menyakiti orang lain, menyudutkan dan menjatuhkan. Komentar-komentar
yang selintas, sambil lalu, tanpa kita tahu kebenarannya.
Kejadian seperti ini pun pernah terjadi pada masa kehadiran
Yesus di dunia, ironisnya justru dilakukan bukan oleh orang fasik tetapi justru
oleh para murid. Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan bersama mereka,
lewatlah seorang pengemis yang buta sejak lahir. Melihat orang buta itu,
murid-murid Yesus spontan bertanya kepadaNya: "Rabi,
siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia
dilahirkan buta?" (Yohanes 9:2). Bayangkan apabila kita berada di
posisi si pengemis buta. Ia tentu akan merasa sangat sakit hati dikatai seperti
itu. Orang buta itu tentu sudah menderita karena tidak bisa melihat. Ia harus
menanggung malu dengan mengemis untuk bisa menyambung hidup. Bukannya di bantu,
di sapa dengan ramah, atau diberi sedekah, tapi malah dikomentari. Tentu hal
itu akan semakin menambah penderitaannya. "Kok sampai bisa buta begitu
ya... karena dosanya atau orang tuanya atau apa?" Begitu kira-kira yang
mereka perbincangkan. Aduh, sakitnya mendengar komentar seperti ini, yang ironisnya
datang justru dari murid-murid Yesus sendiri. Sepertinya murid-murid itu lupa
bahwa mereka sendiri adalah manusia yang berdosa juga, dan belum tentu lebih
baik dari si pengemis buta. Mereka lupa diri karena merasa sudah aman karena
menjadi murid Yesus. Melihat bahwa mereka sanggup mengeluarkan komentar seperti
ini , itu menunjukkan bahwa mereka pun sebenarnya mengalami kebutaan yaitu buta
secara rohani.
Menanggapi komentar murid-muridNya, Yesus memilih untuk
melakukan sesuatu secara nyata. Yesus pun menyembuhkan pengemis buta tadi
sehingga dia bisa melihat, sesuatu yang belum pernah ia alami sejak lahir. Akan
halnya menjawab para murid, Yesus pun berkata: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." (ay
3). Pekerjaan Allah harus dinyatakan dalam dia. Itu kata Yesus. Wow. Tidakkah itu luar
biasa bagi seorang pengemis buta yang mungkin tidak ada yang peduli dan
terbuang dari strata sosial masyarakat disana waktu itu? Sebelum bertemu Yesus,
hidup baginya hanyalah kegelapan, dia tidak berguna. Tiba-tiba dia mendapat
perhatian, disembuhkan sehingga kini bisa melihat terang. Bukan itu saja,
bahkan dia dilibatkan dalam pekerjaan Allah! Ini sesuatu yang sungguh luar
biasa.
Yesus sudah berpesan bahwa kita harus melakukan pekerjaan
Tuhan selama masih ada waktu dan kesempatan. "Kita harus mengerjakan
pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana
tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (ay 4). Sangatlah tidak pantas
jika kita cuma bicara, apalagi membicarakan dosa orang lain, gosip, mengatai
orang dan sebagainya. Apa yang seharusnya kita lakukan adalah seperti Yesus
yang langsung mengambil tindakan nyata, selagi "hari masih siang",
selagi kesempatan itu masih ada. Mengatai, menggosip atau membicarakan orang
lain adalah sia-sia dan sama saja dengan memberi tuduhan palsu. Hal tersebut
tajam adanya dan bisa sangat melukai. "Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah
seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam."(Amsal 25:18). Bentuk-bentuk perkataan yang tidak
pada tempatnya itu pun sama halnya seperti menghakimi orang lain. Apa kata
Yesus mengenai hal menghakimi? "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi. karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi,
kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu."(Matius 7:1-2).
Daripada melakukan hal yang mendatangkan masalah bagi kita dan menyakiti orang
lain, daripada kita terjebak pada dosa menghakimi orang lain yang akibatnya
fatal, alangkah lebih baik jika kita mengambil tindakan nyata dengan memberkati
orang lebih dan lebih lagi. Masih begitu banyak pekerjaan yang bisa kita
lakukan di ladang Tuhan, dan lakukanlah itu secara nyata selagi waktu masih
disediakan bagi kita.
Ambil langkah positif dengan
melakukan tindakan nyata untuk memberkati orang lain
No comments:
Post a Comment