Sikap Terhadap Musuh


Bagaimana reaksi kita ketika melihat orang yang tidak kita sukai jatuh? Kebanyakan orang akan sangat senang dan puas. Kepuasan itu akan bertambah apabila orang tersebut pernah menyakiti hati kita. Kata-kata yang keluar biasanya bernada puas mulai dari "rasakan", "biar tahu rasa", "biar kapok" hingga kata-kata yang kasar yang tidak pantas untuk ditulis disini. Itu bisa menjadi respon kita melihat orang yang tidak kita sukai atau pernah melakukan sesuatu yang salah kepada kita mengalami situasi sulit. Kita akan merasa wajar bereaksi seperti itu, karena toh orang tersebut pernah menyakiti kita. Itu dianggap sangat manusiawi dan sah-sah saja. Apakah benar kita berhak bereaksi seperti itu? Dalam kekristenan sebenarnya sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk bereaksi demikian. Mengapa? Karena kita seharusnya memiliki kasih Kristus di dalam diri kita yang sama sekali tidak menyediakan tempat buat bersenang hati terhadap kejatuhan orang lain,yang telah berbuat jahat terhadap kita, seperti apapun bentuknya.

Kita bisa belajar akan hal tersebut dalam banyak kesempatan di dalam Alkitab, salah satunya lewat kisah Yunus. Kita tentu tahu apa yang terjadi pada mulanya. Yunus mengelak untuk melakukan tugas yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Ia lari dan akibatnya lewat serangkaian konsekuensi, ia pun ditelan oleh sebuah ikan besar dan harus berada disana selama beberapa hari. Setelah ia keluar dari perut ikan dan kemudian memutuskan untuk taat terhadap perintah Tuhan, ia kemudian menurut untuk pergi mengingatkan Niniwe agar bertobat. Pertobatan menyeluruh dari bangsa Niniwe pun terjadi. Seisi Niniwe berbalik dari tingkah laku yang jahat dan berselubung kain kabung tanda pertobatan. Bukan hanya manusia, tetapi ternak-ternak pun demikian. Melihat itu, Tuhan pun mengampuni mereka."Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya."(Yunus 3:10). Bagaimana respon Yunus menyikapi hal ini? Seharusnya tentu ia gembira, merasa lega, bahwa tugas maha berat yang dibebankan kepadanya ternyata berujung keberhasilan. Seharusnya Yunus merasa bahagia melihat begitu banyak manusia yang terluput dari kebinasaan dan beroleh keselamatan. Tapi nyatanya bukan itu yang menjadi respon Yunus. Justru sebaliknya, Alkitab mencatat respon Yunus adalah seperti ini: "Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia." (Yunus 4:1).

Mari kita lihat hubungan antara Niniwe dan Israel pada masa itu. Ketika itu Niniwe merupakan musuh bebuyutan dari bangsa Israel. Jika demikian, lantas untuk apa Allah Israel menyelamatkan musuh dari umatNya sendiri? Mungkin itu yang menjadi isi hati Yunus. Ia mengira bahwa hanya bangsa Israel saja yang mendapat janji Tuhan, dan dengan demikian hanya Israellah satu-satunya yang berhak diselamatkan. Begitu kecewanya, Yunus bahkan berterus terang mengungkapkan rasa marahnya melihat Niniwe diselamatkan.

Pikiran seperti itu jelas keliru dan tidak pada tempatnya. Lewat pohon jarak yang ditumbuhkan dan kemudian layu di hari selanjutnya Tuhan memberi pelajaran kepada Yunus bahwa bukan hanya Israel, tapi bangsa-bangsa lain pun layak untuk dikasihi Tuhan. "Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yunus 4:10-11). Bukankah bangsa Niniwe pun Tuhan sendiri yang menciptakan? Bukankah mereka juga diciptakan menurut gambar dan rupaNya? Jika demikian, bagaimana mungkin Tuhan tidak mengasihi mereka juga, dan mengapa Tuhan harus tega membiarkan ciptaanNya sendiri binasa? Kalau dalam pandangan Tuhan seperti itu, adakah hak kita untuk bertindak sebaliknya dengan bersukacita melihat seteru, musuh atau orang yang kita benci tengah menderita akibat satu dan lain hal yang menyakiti mereka?


Setelah kejadian ditelan ikan raksasa, Yunus memang mentaati perintah Tuhan. Tetapi meski demikian, kita bisa melihat bahwa hatinya ternyata masih sama kerasnya seperti saat ia melarikan diri dari penugasan Tuhan. Di dalam hatinya ia masih tetap menginginkan kehancuran Niniwe. Itu bukanlah sikap yang diinginkan Tuhan untuk kita miliki. Ada banyak orang-orang yang pernah, sedang dan akan menyakiti kita suatu saat nanti. Terhadap mereka kita tidak diperbolehkan untuk membenci, mendendam apalagi mengutuk. Justru reaksi yang diinginkan Tuhan dari kita adalah sebentuk kasih yang didalamnya terdapat pengampunan tanpa batas. Kita juga dituntut untuk selalu berbuat baik bagi mereka, bahkan mendoakan mereka. "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu... kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat." (Lukas 6:27,35). Dalam Injil Matius dikatakan "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Ini merupakan perintah penting yang digariskan Tuhan untuk kita amalkan dalam kehidupan kita. Mungkin berat bagi kita, tapi ingatlah bahwa ada Roh Kudus di dalam diri kita yang akan memampukan kita untuk berbuat demikian.

Tuhan mengasihi semua ciptaanNya di dunia ini. Siapapun manusianya, baik atau jahat, semuanya tetap layak untuk diselamatkan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia."(Yohanes 3:16-17). Besarnya kasih Allah itu sama bagi siapapun tanpa terkecuali, bukan hanya terhadap Israel saja. Kedatangan Yesus pun bukan hanya untk menyelamatkan segelintir umat pilihan, tapi berlaku untuk siapa saja yang percaya padaNya, tanpa pandang bulu, tanpa terkecuali. 

Perhatikan kata Tuhan Yesus berikut. "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." (Yohanes 10:16). Semua ini menggambarkan besarnya kasih Allah kepada seluruh umat manusia di bumi ini tanpa terkecuali. Dia rindu untuk melihat pertobatan dari segala bangsa agar selamat. 

Jika Tuhan memiliki persepsi demikian, mengapa kita malah harus bersenang hati melihat kehancuran orang lain? Mari kita menjaga hati kita agar tidak terperosok kepada pemahaman keliru seperti Yunus. Tetaplah berbuat baik, jangan terpengaruh oleh provokasi atau pancingan-pancingan dari orang yang berlaku jahat, tetapi ampuni kesalahan mereka. Jangan benci dan dendam, tapi doakanlah mereka. Jika musuh atau orang yang kita benci jatuh, janganlah bergembira karenanya, tapi justru kita harus menunjukkan empati dan berusaha menolong semampunya. Mungkin bisa jadi sulit bagi kita untuk melakukannya, terutama ketika mereka melakukan sesuatu yang sangat menyakiti kita dan berdampak untuk waktu yang lama. Tapi kita bisa berdoa dan minta agar Roh Kudus memampukan kita agar sanggup melakukannya. 

Dari Yunus hari ini kita bisa belajar bahwa meskipun kita sudah melakukan tindakan yang benar, tetapi kita masih mungkin berbuat kesalahan jika kita tidak menjaga hati kita agar tetap seturut kehendak Allah. Dan Firman Tuhan pun sudah mengingatkan kita untuk menjaga hati. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Mari miliki hati yang lembut dan penuh kasih, karena Allah pun memperlakukan kita semua dengan cara seperti itu.

Jangan mendendam, tapi ampuni dan doakan orang-orang yang telah atau masih berlaku jahat kepada kita


No comments:

Post a Comment