Seberapa besar kita
berani menerima tanggung jawab? Ada banyak orang yang menolak peluang besar
karena takut terhadap faktor resiko yang berada dibalik sebuah tanggung jawab
yang besar. Di sisi lain ada pula orang yang nekad mengambil tanggung jawab
besar tanpa berpikir dan tanpa persiapan. Ketika gagal mengemban tanggung
jawab, mereka segera lari dari tanggung jawab mereka dengan segera. Para
pejabat korup di negara kita tentu paling ahli akan hal ini. Mereka menerima
tanggung jawab atau amanat dari rakyat tapi bukannya mengembannya dengan baik
malah mempergunakannya sebagai kesempatan untuk meraup untung
sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara curang. Ketika ketahuan dan diblow-up
media, mereka pun sebisa mungkin berkelit. Jika sepertinya kurang berhasil, maka
jalan lari keluar negeri atau bersembunyi di negara lain pun menjadi alternatif
yang mereka ambil.
Kita sering lupa bahwa dalam menerima sebuah amanat kita
bukan saja bertanggung jawab terhadap orang, badan atau lembaga yang memberi,
tetapi kita pun punya tanggung jawab kepada Tuhan atas
setiap amanat yang kita terima. Tanggung jawab terhadap Tuhan itu seharusnya
lebih utama ketimbang hal lain. Kita mempertanggung jawabkan pekerjaan kita di
depan sesama manusia, kelak kita pun harus mempertanggung jawabkannya di
hadapan Tuhan. Jika di dunia ini kita bisa berkelit dengan cerdik, menyuap agar
lepas dan sebagainya, nanti di hadapan Tuhan semua itu tidak akan ada gunanya.
Sebuah amanat, besar atau kecil adalah tetap amanat yang harus kita pertanggung
jawabkan sebaik mungkin. Seringkali ada pengorbanan dan berbagai hal yang bisa
membuat kita khawatir atau bahkan takut, tetapi itu semua harus berani kita
hadapi. Kabar baiknya, kita tidak dibiarkan menghadapinya sendirian, tetapi
Tuhan sudah berjanji tidak akan meninggalkan kita dan akan menyertai kita dalam
setiap langkah yang kita ambil.
Mari kita lihat saat kisah Daud muda yang bekerja sebagai
penggembala kambing domba ayahnya. Dari beberapa ayat kita mengetahui bahwa
Daud muda diperlakukan tidak sama seperti saudara-saudaranya yang lain. Ia
dipekerjakan sebagai gembala oleh ayahnya, sementara beberapa dari saudaranya
maju bertempur di garis depan sebagai prajurit Israel. Dibandingkan status
prajurit, status gembala pada saat itu tidak ada apa-apanya. Tapi Daud tidak
berkecil hati dengan pekerjaan itu. Berapa jumlah yang ia gembalakan saya tidak
tahu pasti, tapi rasanya tidak banyak. Dan saya rasa ia pun tidak dibayar untuk
itu. Meski tidak banyak dan tidak dibayar, perhatikan bagaimana keseriusan Daud
dalam mempertanggung jawabkan pekerjaannya seperti yang ia utarakan kepada
Saul. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba
ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari
kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari
mulutnya.." (1 Samuel 17:34-35). Lihatlah ia rela
mempertaruhkan nyawanya demi sekumpulan domba, yang notabene hanyalah hewan. Di
mata manusia mungkin itu merupakan hal yang aneh, bahkan bodoh. Untuk apa
manusia harus rela mempertaruhkan nyawa demi hewan? Bukankah lebih baik jika ia
lari saja dan membiarkan ternaknya dimangsa ketimbang harus beresiko seperti
itu? Tapi tidaklah demikian bagi Daud. Ia rela menghadapi singa dan beruang
dalam melakukan pekerjaannya. Ia tidak ingin satupun dari dombanya binasa, dan
untuk itu ia harus siap berhadapan dengan maut.
Nyatanya penyertaan Tuhan mampu membuatnya tampil sebagai
pemenang setiap kali menghadapi hewan buas yang hendak memangsa ternak yang ia
gembalakan. Ia menang menghadapi singa dan beruang, ia pun menang dalam
menghadapi Goliat. Kita tahu pula bagaimana Daud diberkati secara luar biasa dalam
hidupnya. Kedekatannya, kepercayaannya, pengharapannya kepada Tuhan membuat
semua itu menjadi mungkin. Daud memperlihatkan tanggungjawab yang luar
biasa tanpa memperhitungkan untung rugi secara pribadi. Dan apa yang ia perbuat
pun menjadi gambaran yang sama mengenai bagaimana Yesus, yang lahir ke dunia
sebagai salah satu dari silsilah keturunannya, menyelamatkan kita. Lihat apa
kata Yesus berikut: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan
yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba itu." (Yohanes 10:11-12).
Tuhan menghendaki kita untuk serius dalam melakukan segala
hal, baik itu bekerja, belajar maupun aktivitas lainnya termasuk ketika
melayani. Lihatlah seruan ini: "Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose
3:23). Ini menyatakan bentuk kerinduan Tuhan agar anak-anakNya selalu bekerja
dengan serius dan sungguh-sungguh. Bukan untuk manusia, tapi lakukanlah seperti
melakukannya untuk Tuhan. That's the state He does want us to reach. Dalam pelayanan pun demikian. Ada banyak orang
yang bersungut-sungut dan tidak serius jika hanya melayani sedikit orang,
apalagi satu orang saja. Itu bukanlah gambaran yang diinginkan Tuhan untuk kita
lakukan! Bacalah Lukas 15, ada tiga perumpamaan disana yang sudah tidak asing
lagi bagi kita mengenai hal ini. "Perumpamaan tentang domba yang
hilang" (ay 4-7), "Perumpamaan tentang dirham yang hilang" (ay
8-10) dan "Perumpamaan tentang anak yang hilang" (ay 11-32). Semua
ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menemukan kembali anak-anakNya yang
hilang. Tidak peduli berapa yang kembali, meski hanya satu sekalipun, Tuhan
akan sangat bersukacita. Bahkan dikatakan: "Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa
yang bertobat." (ay 10). Satu jiwa bertobat, itu sudah merupakan
kebahagiaan besar bagi Tuhan dan seisi Surga.
Lakukanlah apapun yang dikehendaki Tuhan bagi kita secara
serius dan sungguh-sungguh, dan peganglah tanggung jawab dengan
sebaik-baiknya. Mungkin kita tidak mendapat upah sepantasnya menurut
ukuran dunia, tapi bukankah Tuhan mampu memberkati kita lewat banyak hal?
Mungkin apa yang kita terima tidak sebanding dengan jerih payah kita hari ini,
tapi apakah tidak mungkin kelak kita akan menuai secara luar biasa? Atau
tidakkah mungkin Tuhan menurunkan berkatNya dalam kesempatan lain? Bisa jadi
ada banyak tekanan atau resiko dalam mengemban tanggung jawab, tetapi ketika
kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan melakukannya dalam nama Kristus,
Tuhan akan berada di atasnya, menjaga kita dari segala hal buruk dan membawa
kita keluar sebagai pemenang. Segala sesuatu yang kita lakukan secara
sungguh-sungguh dan sesuai dengan rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang
sia-sia. Firman Tuhan berkata: "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Daud tahu itu, dan dia sudah
membuktikannya sendiri. Lewat keteladanan Yesus pun kita bisa belajar mengenai
hal yang sama. Kerjakanlah semuanya dengan sebaik-baiknya dalam nama Yesus,
seriuslah dalam mengemban tanggung jawab dan Tuhan akan memperhitungkan
segalanya, tidak akan ada satupun yang jatuh sia-sia.
Sekecil apapun pekerjaan anda
hari ini, lakukanlah dengan sebaik-baiknya dengan tanggungjawab penuh kepada
Tuhan
No comments:
Post a Comment