Adakah alasan yang
cukup untuk membuat kita punya hak untuk bersikap sombong? Mungkin kita akan
tahu untuk menjawab tidak, tapi pada kenyataannya banyak orang yang dengan
mudahnya bisa menunjukkan sikap itu ketika mereka merasa di atas angin. Ketika
mereka hidup relatif lebih berlimpah dibanding orang lain pada umumnya, ketika
mereka mendapatkan posisi-posisi atau jabatan yang tinggi, ketika berprestasi
membanggakan, terkenal dan sebagainya. Ada pula yang menunjukkan sikap seperti
itu hanya karena ingin dihormati orang lain atau malah untuk sekedar menjaga
image saja. Itu jelas bukan merupakan gambaran dari kehidupan ideal orang
percaya. Kalaupun kita termasuk beruntung memiliki sesuatu yang lebih dari
orang lain pada umumnya, perlukah kita menyombongkan diri karenanya? Bukankah
semua itu pun berasal dari Tuhan dan tidak pernah boleh dipakai untuk
menjadikan kita pribadi yang angkuh, sombong, atau arogan?
Sebuah sikap sombong alias tinggi hati bertolak belakang
dengan sikap rendah hati yang justru seharusnya diadopsi dalam kehidupan
kekristenan. Sikap ini sayangnya kerap muncul saat kita terlalu terlena dengan
apa yang kita miliki, lantas secara berlebihan menyikapi keistimewaan talenta,
kondisi atau keadaan yang lebih dari orang lain. Tuhan dengan tegas
menentang sikap seperti ini. Sebagai contoh kita bisa melihat sikap buruk dari
jemaat Korintus dahulu kala ketika Paulus hadir disana.
Jemaat Korintus pada masa itu merupakan gambaran jemaat yang
sombong. Ada banyak ayat yang mengindikasikan hal ini seperti yang bisa kita
lihat beberapa kali dalam 1 Korintus 4:6-21, 5:2, 8:1, 13:4 dan lain-lain,
dimana kita melihat Paulus memberikan teguran atas kesombongan mereka. Lihatlah
misalnya dalam ayat ini. "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku
sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar
apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya
jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan
yang satu dari pada yang lain". (1 Korintus 4:6). Mereka lupa akan jati diri mereka dan
tenggelam dalam kesombongan, sehingga merasa tidak lagi memerlukan apa-apa,
termasuk tidak lagi membutuhkan hamba Tuhan dalam hidup mereka. "Sebab
siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai,
yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau
memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (ay
7). Cukup keras bukan tegurannya? Dalam versi BIS dikatakan: "Siapakah
yang menjadikan Saudara lebih dari orang lain? Bukankah segala sesuatu Saudara
terima dari Allah? Jadi, mengapa mau menyombongkan diri, seolah-olah apa yang
ada pada Saudara itu bukan sesuatu yang diberi?" Perilaku mereka menunjukkan seolah-olah mereka
tidak lagi memerlukan apa-apa. "As if you are already filled and think you have
enough (you are full and content, feeling no need of anything more)!" Itu
yang tertulis dalam versi bahasa Inggris untuk ayat 8. Mereka lupa diri dan
tidak lagi menyadari bahwa semua yang mereka miliki sesungguhnya berasal dari
Tuhan, dan karenanya tidak boleh ada orang yang menyombongkan dirinya. Berulang
kali pula Paulus pun mengingatkan dengan tegas bahwa keselamatan itu adalah
pemberian Tuhan, (1:18, 15:10). Paulus mengingatkan mereka bahwa Tuhanlah yang
memilih (1:27-28), mengaruniakan RohNya sendiri untuk menyingkapkan
rahasia-rahasia Ilahi (2:10-12), serta memberikan berbagai anugerah atas kasih
karuniaNya (1:4-5). Semua berasal dari Tuhan, dan kerenanya tidak seorangpun
punya hak untuk menyombongkan diri.
Segala yang kita miliki saat ini, apakah itu biasa atau
istimewa, besar atau kecil ukurannya menurut kita, itu semua adalah anugerah
luar biasa yang berasal dari Tuhan. Dan Paulus pun berkata "Ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia
bermegah di dalam Tuhan." (1:31). Sesungguhnya sebuah kasih
karunia dikatakan kasih karunia karena bukan berasal dari perbuatan kita
melainkan dari Sang Pemberi yaitu Tuhan sendiri. "Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka
bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu
bukan lagi kasih karunia." (Roma 11:6). Kesombongan merupakan
penyangkalan akan hal itu, karena artinya mereka berpikiran seolah-olah semua
itu adalah hasil pekerjaan mereka atau beranggapan bahwa itu semua karena
kehebatan mereka tanpa campur tangan Tuhan. Menyadari bahwa kasih karunia
merupakan pemberian Tuhan, milik Tuhan yang diberikan kepada kita akan membuat
kita tetap sadar bahwa tidak ada satupun yang pantas kita sombongkan.
Marilah kita menyadari betul anugerah kasih karunia yang
telah Tuhan berikan kepada kita. Semua yang ada pada kita hari ini sesungguhnya
berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Dan dalam Roma 11:36 kita diingatkan
bahwa semua itu berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"
(Roma 11:36). Tidak ada tempat bagi orang sombong di hadapan Tuhan, dan
peringatan akan hal tersebut sudah sangat banyak disampaikan sepanjang isi
Alkitab. Kesombongan akan berakibat pada kehancuran (Amsal
16:18), itu ditentang Tuhan (Yakobus 4:6), danmerupakan kekejian bagi Allah sehingga tidak akan luput dari
hukuman(Amsal 16:5). Oleh
karena itu, hendaklah kita menjadi orang-orang yang tahu bersyukur atas
semua yang telah diberikan Tuhan lewat sebentuk kerendahan hati bukannya malah
dipakai untuk menjadi sombong atau tinggi hati.
Kesombongan berarti
mengingkari kasih karunia Tuhan
(renungan-harian-online)
No comments:
Post a Comment