Seseorang yang saya
kenal sangat dekat baru saja bercerita tentang bagaimana akhirnya ia bisa
melepaskan pengampunan. Sesuatu yang ia alami terhadap salah satu keluarga
dekatnya membuat hatinya terluka hingga menyimpan dendam. Ia sadar bahwa
kebencian itu bisa menimbulkan masalah dalam membangun hubungan dengan Tuhan,
tetapi ia merasa tidak mampu menghilangkan rasa itu. Apa yang ia lakukan adalah
menyampaikan perasaan apa adanya kepada Tuhan. "Tuhan, saya tahu bahwa
rasa ini membuat doa-doa saya terhalang, tapi saya belum mampu melepaskan
pengampunan..bantu saya untuk bisa mengampuninya.." demikian kira-kira
bunyi doanya. Ternyata hanya dalam hitungan jam ia menjadi sanggup mengampuni
orang tersebut dengan ikhlas. Ia merasa bebannya terangkat, hatinya menjadi
lapang. Disaat kita tidak sanggup, Roh Kudus selalu bisa memampukan kita dalam
melepaskan pengampunan. Apa yang penting adalah kerelaan kita dalam melakukan
itu, karena ada banyak orang yang memilih untuk menyimpan dendam terhadap
seseorang meski mereka tahu bahwa itu tidak baik bagi dirinya sendiri.
Ada berapa banyak orang yang masih mengganjal di hati kita
karena pernah menyakiti perasaan kita, dan mengapa kita sulit mengampuni
mereka? Mungkin bukan satu kali saja mereka melukai perasaan kita, tapi sudah
berulang-ulang. Kita bertemu dan bersinggungan dengan begitu banyak manusia
dengan berbagai macam sifat yang berbeda. Diantaranya ada yang kasar, tidak
peduli, sinis, bersikap merendahkan dan mungkin tidak merasa bersalah jika
menyinggung perasaan orang. Persinggungan dengan karakter-karakter seperti ini
akan terus menumpuk perasaan sakit hati pada diri kita. Maka tanpa sadar
tiba-tiba kita sudah mempunyai daftar yang panjang akan orang-orang yang pernah
menyinggung atau menyakiti hati kita. Ironisnya, sebagian besar di antara
orang-orang ini merupakan orang yang tidak menyadari kesalahannya sehingga
sepertinya mustahil untuk tergerak untuk minta maaf meski telah menyakiti kita.
Mereka malah masih saja menambah rasa sakit di hati kita. Seringkali bukan
salah kita, dan memang merekalah yang memulai. Rasa kecewa dan sakit hati itu
bisa begitu parah, sehingga sulit bagi kita untuk bisa memaafkan apalagi untuk
melupakan.
Jika mengacu kepada firman Tuhan, kita seharusnya siap
mengampuni tanpa pandang bulu, tanpa menimbang berat-ringannya "dosa"
mereka terhadap kita. Mengapa? Karena masalah sakit hati ini jika dibiarkan
maka yang rugi adalah kita sendiri juga. Ada banyak orang yang terikat pada
kepahitan terhadap seseorang sehingga sulit maju. Mereka terbelenggu oleh
trauma masa lalu akibat perlakuan seseorang sehingga sulit bagi mereka untuk
menatap masa depan. Ada banyak yang lebih suka membiarkan dendam membara
sehingga sukacita mereka pun hilang. Berbagai penyakit bisa timbul akibat hal
ini, mulai dari penyakit ringan sampai yang mematikan. Jika dipikir-pikir,
betapa ironisnya ketika kita disakiti orang, kita pula yang menderita kerugian
lebih lanjut akibat ulah mereka. Dan seringkali orang tidak menyadari bahwa
kebencian, sakit hati atau dendam ini bisa memerangkap iman kita sehingga sulit
berkembang. Hanya sedikit orang yang manyadari betapa eratnya hubungan antara
iman dan pengampunan.
Mari kita lihat ucapan Yesus yang dicatat oleh Markus berikut
ini. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu
minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan
diberikan kepadamu."(Markus 11:25). Ini adalah sabda Kristus yang tentunya tidak
lagi asing bagi kita. Tapi perhatikan ayat selanjutnya. "Dan
jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu
dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni
kesalahan-kesalahanmu." (ay 26). Perhatikanlah bagaimana
Yesus merangkai atau menopang dua kalimat tersebut bukan secara kebetulan
tetapi dengan sengaja. Saya percaya Yesus mengatakan kedua kalimat ini bukan
dalam konteks yang berbeda. Yesus ingin kita tahu bahwa pengampunan merupakan landasan
untuk bisa menerima dari Tuhan. Sebelum berdoa, kita harus terlebih dahulu mengampuni
orang-orang yang masih mengganjal di hati kita. Bereskan dulu itu, baru berdoa,
karena jika tidak, iman kita masih terbelenggu dan doa yang kita panjatkan pun
tidak akan bisa membawa hasil apa-apa. Sebelum Yesus mengatakan kedua kalimat
di atas, Dia baru saja menjelaskan bahwa iman yang teguh akan mampu
mencampakkan gunung sekalipun untuk terlempar ke laut. (ay 23). Iman yang
sekecil biji sesawi sekalipun akan mampu melakukan itu. Tuhan siap memberikan
apapun yang kita minta dan doakan dengan disertai rasa percaya. Tapi sebelum
itu semua terjadi, dan agar itu bisa terjadi, kita terlebih dahulu harus
mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, orang yang telah menyakiti
hati kita, orang yang telah melukai perasaan kita. Sebab tanpa itu, iman kita
masih terperangkap dalam penjara dan akan terus menghalangi kita untuk menerima
segala sesuatu dari Tuhan.
Petrus pernah bertanya berapa kali ia harus siap mengampuni.
Dan Yesus pun memberi jawaban. "Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh
kali."(Matius 18:22).
Tujuh puluh kali tujuh menggambarkan keharusan kita untuk bisa terus melepaskan
pengampunan tanpa batas. Yesus mengingatkan bahwa kita harus siap memberi
pengampunan terus menerus, dan jangan pernah tertarik untuk menyisakan dendam
dalam hati kita. Dalam doa yang diajarkan Yesus pun kita diingatkan akan hal
itu. "dan ampunilah kami akan kesalahan
kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami."(Matius 6:12) Perihal memberi pengampunan sangat
penting dan sangat berkaitan erat dengan pengampunan yang kita terima dari
Tuhan. Jika kita mengampuni orang, maka Tuhan pun akan mengampuni kita. (Markus
11:25). Dan permintaan kita dalam doa pun Dia dikabulkan.(ay 24). Tapi hal
sebaliknya pun berlaku. "Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang
di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (ay
26).
Kembali ke ayat bacaan hari ini, sekali lagi ingatlah bahwa
Yesus menopang kedua kalimat itu dengan sengaja. Yesus ingin kita tahu bahwa
memberi pengampunan adalah landasan untuk mendapat pengampunan Tuhan dan untuk
menerima segala sesuatu dari Tuhan. Dia ingin mengingatkan kita bahwa tidaklah
mungkin bagi kita untuk menerima pengabulan doa jika kita masih menyimpan
dendam di dalam hati kita pada waktu yang sama. Sikap tidak mau mengampuni akan
menghambat saluran iman dan membuat kita tidak mampu melangkah maju. Di dalam
hidup kita akan menderita, Tuhan sendiri tidak akan berkenan terhadap kita.
Saya memahami betul bahwa dalam kasus-kasus tertentu tidak mudah bagi kita
untuk mengampuni seseorang. Mungkin hidup kita sudah terasa hancur, mungkin
kerugian sudah terlalu banyak, mungkin tidak akan bisa mengembalikan sesuatu
yang terlanjur hilang dari hidup kita karena perbuatan mereka. Tapi biar
bagaimanapun kita tetap harus melepasnya agar kita bisa melangkah maju. Kita
perlu membebaskan diri kita dari belenggu dendam, membebaskan mereka yang
bersalah kepada kita, agar kita bisa memerdekakan iman kita sepenuhnya.
Kemampuan kita mungkin terbatas untuk itu, tapi seperti apa yang dialami oleh
teman saya di awal, Roh Kudus sanggup memampukan kita untuk memberikan
pengampunan dan memerdekakan iman kita. Jika diantara anda ada yang masih
menyimpan ganjalan, sakit hati atau dendam terhadap seseorang, berdoalah hari
ini dan ijinkan Roh Kudus bekerja untuk menguatkan kita hingga dapat mengampuni
orang-orang itu dan dengan demikian membebaskan iman anda. Buanglah sumbatan
pada saluran iman anda, maka anda akan menyaksikan bagaimana doa-doa anda akan
dikabulkan, dan hidup anda akan terasa begitu ringan dan kembali dipenuhi
sukacita.
Berikan pengampunan agar
saluran iman mengalir lancar
No comments:
Post a Comment