Tidak seorang pun
ingin hidup susah. Kita ingin diberkati Tuhan secara melimpah. Kita bekerja dan
berdoa agar Tuhan memberkati pekerjaan kita agar berhasil. Pertanyaannya,
ketika kita diberkati melimpah, apa yang kita lakukan? Banyak orang yang
berpikir untuk membeli barang-barang yang kita sudah lama kita idam-idamkan.
Ada yang langsung merencanakan untuk pergi berlibur ke sebuah tempat yang
mungkin sudah lama dibayangkan. Ada yang berpikir untuk mendepositokan, menanam
investasi lagi dan sebagainya. Semua itu tentu tidak salah. Tapi apakah
kita hanya berpikir akan hak atas apa yang kita peroleh tanpa memikirkan
kewajiban kita? seberapa jauh kita terpanggil untuk membantu sesama kita lewat
berkat yang sudah kita terima dari Tuhan? Pada kenyataannya orang yang tidak
pernah merasa cukup akan terus tidak puas terhadap apa yang mereka miliki.
Mereka akan terus merasa kurang dan akan berusaha mencari lebih banyak lagi
melebihi hak mereka. Akhirnya mereka akan terjatuh pada berbagai penyimpangan,
penipuan dan kecurangan-kecurangan lainnya. Akankah itu cukup? Tidak, itu tidak
akan pernah cukup, apabila rasa tamak sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Ada banyak orang yang keliru dalam menyikapi berkat yang
diberikan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah untuk membuat mereka
bisa hidup mewah, berfoya-foya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang
tidak perlu benar. Di satu sisi memang kita berhak memakai berkat yang kita
peroleh untuk membeli keperluan atau kebutuhan kita dan keluarga, tapi di sisi
lain kita harus ingat juga bahwa Tuhan memberi berkat bukan untuk kita simpan
sendiri atau dihambur-hamburkan sepuasnya tetapi untuk memberkati orang lain.
Kita diberkati bukan untuk ditimbun dan dipakai semata-mata untuk kepentingan
pribadi, kita diberkati untuk memberkati. Dalam kitab Yehezkiel dikatakan: "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan
keadilan dan kebenaran..tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian
orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian
kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba,
menjauhkan diri dari kecurangan.." dan sebagainya. (bacalah Yehezkiel
18:5-9) Dalam Perjanjian Baru pun pesan seperti ini disampaikan beberapa kali,
misalnya lewat Yakobus. "Jika seorang saudara atau
saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang
dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan
makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang
perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus
2:15-16). Perhatikanlah bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi saluran
berkatNya. Tuhan memberkati bukan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang
serakah.
Sebenarnya berapapun yang ada pada kita saat ini bisa sangat
bermanfaat untuk membantu orang lain yang tengah berkesusahan. Besar atau kecil
nilainya, selama itu diberikan dengan hati yang iklas dan penuh sukacita maka
Tuhan pun akan memperhitungkannya dengan sangat tinggi. Lihatlah kisah seorang
janda miskin yang memberi persembahan dalam jumlah kecil, hanya dua peser alias
satu duit. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan half a cent atau setengah sen. (Markus 12:42).
Jumlah itu sangat jauh nilainya dibawah pemberian orang-orang kaya pada saat
bersamaan pada waktu itu. (ay 41). Ketika itu Yesus tengah berada disana dan
mengamati setiap orang yang memberi persembahannya. Apakah jumlah yang besar
itu yang menarik perhatian Yesus? Ternyata tidak. Justru si ibu janda miskin
inilah yang mendapat perhatian Yesus. "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay
43). Mengapa Yesus mengatakan seperti ini? "Sebab
mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari
kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay
44). Artinya, berapa pun jumlah yang ada pada kita, kita bisa mulai peduli dan
tergerak untuk memberi, karena seringkali bukan masalah ada dan tidak ada atau
cukup dan tidak cukup, melainkan masalahnya adalah hati kita, tergerakkah kita
untuk menolong orang lain atau tidak? Pada akhirnya kita harus sampai kepada
pola pemikiran yang tepat sesuai Firman Tuhan, seperti yang tertulis dalam ayat
berikut ini:"Dalam segala sesuatu
telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus
membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus,
sebab Ia sendiri telah mengatakan:Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).
Apabila anda diberkati hari ini dengan penghasilan yang
besar, bersyukurlah untuk itu dan pergunakan untuk memberkati sesama. Membantu
yang kekurangan, menolong yang kelaparan, memberi pakaian bagi yang kurang
mampu, dan lain-lain. Semua itu adalah tugas dan kewajiban kita sebagai orang
percaya. Mahatma Gandhi pada suatu kali mengatakan: "Earth provides enough to satisfy every man's need, but
not every man's greed". Jika diterjemahkan, ia mengatakan bahwa bumi cukup untuk
memuaskan semua orang, tetapi tidak akan pernah cukup untuk satu orang yang
tamak. Bumi ini sudah diciptakan Tuhan dengan begitu baik sehingga lebih dari
cukup untuk semua manusia, terlebih ketika kita orang percaya bisa berfungsi
secara benar sesuai panggilan Tuhan. Tetapi dunia dan segala isinya ini tidak
akan pernah cukup bagi orang-orang yang tamak atau serakah, yang ingin selalu
memiliki lebih dan lebih lagi tanpa pernah merasa berterimakasih atas segala
yang mereka miliki. Yesus sudah mengingatkan:"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas
12:15). Hendaklah kita semua hidup dengan rasa cukup dan tidak dikuasai oleh
sifat serakah. Dalam keadaan apapun tetaplah bersyukur dan ingatlah bahwa di
atas segalanya Tuhan sendiri yang akan memelihara hidup kita. Sekarang saatnya
untuk menjadi saluran berkat dari Tuhan kepada sesama.
Hiduplah dengan rasa cukup dan
hindari sifat tamak
No comments:
Post a Comment