Berapa uang yang kita
keluarkan ketika kita hang out atau have fun bersama kekasih, pasangan atau
teman-teman? Untuk ukuran hari ini, mungkin angka seratus ribu rupiah terbilang
kecil untuk itu. Nonton, lalu duduk di cafe atau restoran, kemudian belanja
sedikit, lihat-lihat butik dimana terkadang ada yang membeli sesuatu karena
takut malu jika tidak membeli apa-apa, itu bisa menghabiskan total uang yang
jumlahnya bisa cukup besar. Kita berpikir bahwa itu toh hasil jerih payah kita,
terserah kita dong bagaimana kita mau memakainya. Benar, itu adalah hasil
keringat kita. Tapi terpikirkah oleh kita bahwa ada campur tangan Tuhan dalam
keberhasilan itu? Jika ya, pernahkah kita berpikir apa sebenarnya suara hati
Tuhan atau keinginanNya terhadap kita untuk mempergunakan berkatNya?
Kenyataannya banyak dari kita yang tidak kunjung juga
menyadari hal itu. Kita malah tidak tahu untuk apa kita diberkati. Selain
menjalani hidup dalam kemewahan, ada banyak pula yang cenderung terus menumpuk
harta untuk diri sendiri. Semakin diberkati malah semakin pelit. Semakin banyak
yang dimiliki, semakin banyak yang dirasa belum punya. Untuk berfoya-foya kita
tidak merasa pelit, tapi melebihkan sedikit untuk tukang kebun, petugas parkir,
tukang atau buruh dan sebagainya beratnya bukan main. Padahal mereka seringkali
mengeluarkan tenaga yang jauh lebih besar ketimbang orang-orang yang dengan
mudah kita beri tip besar ketika berada di tempat mewah. Berkat membuat kita
bukannya semakin terpanggil untuk memberkati orang lain, tetapi justru semakin
pelit dalam memberi. Apakah cukup karena kita kerja keras maka semua itu mutlak
menjadi hak milik kita dan kita tidak perlu tahu apa yang menjadi keinginan
Tuhan kemana berkat itu harus kita pergunakan?
Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa ada hubungan sebab akibat dalam hal diberi dan memberi. Alkitab
jelas berkata bahwa kita diberi untuk memberi. Kita diberkati untuk memberkati.
Kita bekerja keras untuk mencukupi nafkah hidup kita dan keluarga, itu benar,
tapi bukan itu saja. Ada pesan Tuhan yang penting pula agar kita memberi,
menolong orang-orang lain yang tengah kesusahan. Dan sesungguhnya, untuk itulah
kita diberi. Perhatikan kata Petrus berikut ini: "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah
kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1
Petrus 3:9). Apabila kita memperoleh berkat tetapi tidak mau memberkati, maka
itu artinya kita tidak menghargai berkatNya dan mengabaikan panggilan Tuhan
atas berkat yang Dia beri kepada kita.
Selanjutnya kita bisa melihat bagaimana cara Paulus dalam
menyampaikan pesan yang sama. Sebuah perikop penting dari surat rasul Paulus
menjabarkan lebih lanjut mengenai ini. "Camkanlah ini: Orang yang
menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan
menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita."(2 Korintus 9:6-7). Paulus tidak berhenti sampai
disitu. Ia lebih jauh menjelaskan bahwa Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih
karuniaNya bahkan hingga berkelebihan, dan ini semua bukan untuk memperkaya
diri, menyombongkan diri dan dinikmati sendiri dengan serakah, melainkan untuk
beramal, memberkati orang lain. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan
malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (ay
8). Dalam versi BIS dikatakan"Allah berkuasa memberi kepada kalian berkat yang melimpah ruah,
supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian butuhkan; bahkan kalian akanberkelebihan
untuk berbuat baik dan beramal." Tuhan berkuasa memutuskan untuk melimpahi
kita dengan berkat, tetapi penting bagi kita untuk mengetahui untuk apa itu
diberikan. Selain agar kita mampu memiliki apa yang kita butuhkan dalam hidup,
tetapi terlebih pula itu ditujukan agar kita punya sesuatu untuk BERBUAT BAIK dan BERAMAL. Paulus ternyata menegaskan juga tentang hakekatnya mengapa
kita diberkati, dan itu sama seperti apa yang dikatakan Petrus dalam kesempatan
lain seperti yang bisa kita baca di atas. Tuhan bisa melimpahkan kita dengan
berkatNya yang dikatakan bisa sampai melimpah ruah, tapi itu bukan untuk
ditimbun atau dihamburkan sia-sia, melainkan untuk berbuat baik dan beramal.
Ingatlah bahwa berkat-berkat yang kita peroleh adalah titipan
Tuhan, yang harus kita pakai untuk memberkati sesama kita, untuk menyatakan
kemuliaan Tuhan. Apakah itu berkat kekayaan, berkat kesehatan, talenta-talenta
yang kita miliki, semua itu hendaklah kita pergunakan untuk menjadi berkat buat
orang lain. Apapun yang kita lakukan buat membantu orang lain bernilai sangat
tinggi bagi Tuhan. Demikian firman Tuhan: "Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari
yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius
25:45). Kita harus mengerti bahwa kekayaan yang ada pada kita sebenarnya
merupakan titipan Tuhan. Karena itu kita harus mempergunakannya untuk sesama
kita, siapapun mereka, apapun latar belakangnya, dimana Tuhan dimuliakan
disana. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada
kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah
dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi
dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Perhatikan,semakin dalam kita masuk ke dalam hadiratNya, semakin dekat
kita pada Tuhan, maka prinsip kebahagiaan pun berubah. Jika dulu kita berbahagia ketika kita diberi,
maka kini kita akan jauh lebih berbahagia ketika bisa memberi kontribusi kepada
orang lain. Kita akan merasa sangat bahagia ketika bisa membahagiakan orang
lain. Itu jauh lebih membahagiakan dibandingkan ketika kita memperoleh sesuatu.
Kita memperoleh berkat adalah agar kita bisa memberkati orang lain lewat segala
yang kita miliki. Singkatnya, kita diberkati untuk memberkati.
Rugikah jika kita banyak memberi? Percayalah, kita tidak akan
pernah kekurangan dan menjadi susah karena itu. Jika kita memberi dengan hati
yang tulus semata-mata karena mengasihi Tuhan dan sesama, kita tidak akan
menjadi berkekuangan, malah akan semakin banyak lagi menerima berkat. Itu
sejalan dengan ayat dalam Amsal berikut ini: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada
yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24). Pelit, tamak atau serakah dan
sejenisnya tidak akan pernah membawa hasil apa-apa selain kerugian buat diri
kita sendiri. Kita harus tahu untuk apa Tuhan memberkati kita, dan kita harus
memiliki kerinduan untuk melakukannya. Kita harus menyadari bahwa kita harus
mulai melakukan sesuatu, bekerja keras agar kelak mampu membantu sesama,
menjadi terang dan garam yang mampu menyampaikan kasih Allah kepada orang lain.
Kita harus tahu mengapa kita diberkati dan kemana kita seharusnya
mempergunakannya. So, let's work hard, and when God gives you His blessings,
use it to help others. Mulailah memberi, maka Tuhan akan
terus mencurahkan berkatNya memenuhi lumbung-lumbung anda agar anda bisa
memberkati lebih banyak lagi
Kita diberi untuk memberi,
kita diberkati untuk memberkati
No comments:
Post a Comment