Hal Pengampunan

hal pengampunan god is good
Ayat bacaan: Matius 6:12 

"dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" 

Ada seorang teman yang merasa sangat kesal terhadap teman dekatnya. Ia bercerita bahwa temannya itu punya kebiasaan mudah tersinggung. Sangat sensitif, sedikit saja tidak pas maka ia pun ngambek. Kalau sudah begitu, sulit bagi orang yang membuatnya tersinggung untuk kembali berbaikan. Minta maafnya harus lama, itupun tergantung kerelaan dia untuk mau berbaikan atau tidak. Lucunya, disaat dia yang menyakiti orang, dia gengsi untuk minta maaf. Paling banter dia hanya diam, atau malah merasa kesal saat orang tidak mau normal lagi kepadanya dengan segera. Itu merupakan gambaran sifat banyak orang. Mau dimaafkan tapi sulit memaafkan. Seperti yang saya sampaikan kemarin, itu sejalan dengan kebiasaan manusia yang lebih suka menerima ketimbang memberi. Sangat sulit untuk memaafkan, lebih enak mendendam menyimpan kesalahan. Sementara kalu kita berbuat salah, kita ingin lekas-lekas dimaafkan, baik dalam hubungan dengan manusia terlebih dengan Tuhan. 

Kita semua tentu tahu bahwa Tuhan yang panjang sabar dan setia serta penuh kasih akan selalu siap memberikan pengampunan dan pemulihan. Tapi bukannya memghargai dan mensyukuri, banyak orang yang hanya memanfaatkan kebaikan Tuhan itu. They take it for granted, terus berbuat dosa, minta ampun, lantas kembali melakukannya. Di sisi lain, mereka juga mudah mendendam, merasa berat untuk memaafkan orang yang bersalah kepada mereka. Pertanyaannya sekarang, adakah hubungan antara mendapatkan pengampunan dari Tuhan dan keikhlasan kita untuk mengampuni orang lain? Apakah itu berkaitan? 

Sangatlah menarik apabila kita melihat bagaimana Tuhan Yesus memberitahukan hal tersebut lewat doa yang Dia ajarkan sendiri, yaitu doa yang dikenal dengan doa Bapa Kami yang dicatat dalam Matius 6:9-13. Salah satu bagian dari doa yang diajarkan Yesus ini berbunyi "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." (ay 12). Dalam versi BIS dikatakan "Ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami." 

Perhatikan bahwa saat Yesus memberi sebuah formula doa yang luar biasa dan sangat sempurna, ada hubungan sebab akibat antara memohon pengampunan Tuhan dan keikhlasan kita untuk mengampuni orang lain. Ampuni kami, seperti kami SUDAH mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Artinya, apabila kita mengharapkan pengampunan dari Tuhan, kita harus terlebih dahulu memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Dan ini sejalan dengan peringatan Kristus setelahnya: "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (ay 14-15). 

Dalam sebuah perumpamaan dalam Matius 18:21-35, Yesus bahkan memberi sebuah perumpamaan tentang pengampunan. Mari kita lihat perumpamaan tersebut. 

"Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya." (Matius 18:23-34). 

Dan Yesus kemudian memberi kesimpulan: "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (ay 35). 

Perumpamaan ini sesungguhnya sederhana dan secara jelas menerangkan alasan mengapa Tuhan mengharapkan kita mau mengampuni untuk menerima pengampunan daripadaNya. Dia penuh kasih dan kasihNya memerdekakan kita. Segala hutang kita dilunasi Kristus di atas kayu salib, dan itu dimungkinkan ketika Tuhan tergerak didorong oleh besarnya kasihNya kepada kita. Kalau kita menerima anugerah keselamatan yang begitu besar, bukankah sangat keterlaluan apabila kita malah berlaku sebaliknya kepada orang lain? Perumpamaan ini sangatlah jelas menerangkan alasan mengapa antara mengampuni dan diampuni itu saling berhubungan. Kalau kita hubungkan dengan pesan Yesus lainnya dalam Lukas 6:38 yang berbunyi "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu", maka kita juga akan melihat bahwa ada hubungan sebab akibat yang sama. Kalau kita mau diberi pengampunan, maka kita harus memberi pengampunan terlebih dahulu kepada orang yang bersalah kepaa kita. Ingatlah bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan kembali kepada kita. 

Jika kita melihat Matius 18:35 di atas, maka kita harus tahu bahwa pengampunan yang kita lepaskan hendaklah dilakukan dengan segenap hati dan bukan ala kadarnya dan asal-asalan. Kita tidak boleh memaafkan hanya di mulut saja tetapi hati kita masih menyimpan dendam. Itu bukanlah bentuk pengampunan yang benar. Kita tentu tidak mau kalau Tuhan melakukan itu kepada kita bukan? Karenanya kita pun tidak boleh tanggung dalam mengampuni. 

Mari kita periksa diri kita masing-masing. Apakah kita masih termasuk orang yang sulit mengampuni atau memaafkan orang lain? Jika ya, sadarilah bahwa itu akan menjadi penghalang bagi kita untuk menerima pengampunan dari Tuhan. Apabila memang masih sangat sulit, belajarlah mulai sekarang untuk bisa. Berdoalah dan mintalah bantuan Roh Kudus untuk melembutkan hati anda. Menyimpan dendam dan menolak memaafkan orang tidak akan pernah membawa kebaikan bagi kita, tapi malah menambah banyak masalah. Kita bisa kehilangan damai sejahtera, rasa bahagia, rasa tenang dan tidak bisa menikmati hidup kalau kita menyimpan dendam, terlebih lagi kita bisa kehilangan semua janji Allah apabila kita menyimpan kepahitan dan benci terhadap orang lain. Jangan biarkan roh seperti itu bercokol di dalam diri kita. Berilah pengampunan maka Tuhan akan dengan senang hati mengampuni kita. (renunganharianonline)

Forgiveness is the key to freedom

No comments:

Post a Comment