Berteman dengan
banyak fotografer membuat saya bisa melihat foto-foto pemandangan yang unik dan
sangat menakjubkan hasil jepretan mereka. Itu sangat berbeda jika saya yang
memotret. Bukan saja karena gear atau perangkat kamera mereka yang hebat, tapi
sebagai fotografer mereka bisa mengambil angle, menangkap momen, mengatur fokus
dan sebagainya yang bisa menghasilkan sebuah fotografi yang bisa berbicara
banyak mengenai keindahan. Banyak dari mereka yang pergi ke banyak
tempat-tempat baru bahkan yang terpencil seperti hutan dan sebagainya untuk
memotret alam disana, dan itu semua memang mencengangkan. Beda tempat, beda
nuansanya, beda tumbuhannya dan beda indahnya. Sunset di Bali terlihat berbeda
dengan sunset di atas gunung Bromo, itu misalnya. Bagi saya, foto-foto ini
menjadi seperti sebuah surat cinta tersendiri dari Tuhan untuk
kita, anak-anakNya.
Di tengah perjuangan kita di dunia ini, kita sering lupa
menyadari bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan begitu indahnya.
Bintang-bintang berkelip, bulan purnama, langit biru diselimuti awan putih,
rerumputan hijau dengan bunga warna warni mekar dimana-mana dan sebagainya.
Semua itu tentu sangat indah untuk kita nikmati, tapi kesibukan dan berbagai
beban hidup membuat kita jarang punya waktu untuk menikmati hasil ciptaanNya
yang indah itu. Kita seringkali terlalu sibuk kepada permasalahan kita, kita
berkeluh kesah dan mengira Tuhan berlama-lama untuk melakukan sesuatu, padahal
jika kita mau mengambil waktu sebentar untuk melihat sekeliling kita, maka kita
akan menyadari bahwa Tuhan sebenarnya telah melakukan begitu banyak hal yang
indah bagi kita. Seperti keindahan alam misalnya, bukankah itu juga berkat yang
luar biasa dari Tuhan yang seharusnya kita syukuri?
Meski kamera belum ditemukan pada masa Daud, tapi mungkin apa
yang dilihat Daud kurang lebih sama dengan apa yang ditangkap oleh para
teman-teman fotografer lewat lensa kameranya. Ketika Daud menuliskan Mazmur 104
misalnya, mungkin ia sedang mengagumi keindahan alam yang tersaji di depannya.
Rasanya itu yang ia alami pada saat itu karena dalam Mazmur ini ia
menggambarkan keindahan alam ciptaan Tuhan dengan sangat puitis. Alam yang
indah itu jelas merupakan buah tangan Tuhan, sebuah bukti keiahian Tuhan yang
bisa kita saksikan dengan amat sangat nyata. Hal tersebut disinggung Paulus
pada suatu kali. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya
yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak
dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma
1:20). Daud begitu mengagumi apa yang ia lihat, sehingga ia pun berkata "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya,
biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (Mazmur
104:31).
"Biarlah Tuhan bersukacita karena
perbuatan-perbuatanNya, lewat ciptaan-ciptaanNya.." kata Daud. Tapi
melihat apa yang terjadi hari-hari ini rasanya tidak akan bisa membuat Tuhan
tetap bisa bersukacita lewat ciptaan-ciptaanNya. Lihatlah bagaimana manusia
terus saja merusak kelestarian lingkungan. Buang sampah sembarangan,
sungai-sungai tercemar limbah industri dan buangan dari rumah-rumah pemukiman
penduduk, asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan pabrik-pabrik, penebangan
liar, semua itu merusak segala keindahan yang Tuhan sediakan bagi kita.
Kerusakan lingkungan membuat dunia ini semakin lama semakin hancur. Manusia
yang diciptakan Allah secara istimewa ternyata tidak menghargai dan mensyukuri
karya Penciptanya. Mereka membuang dan merobek-robek surat cinta dari Tuhan.
Selain merusak lingkungan, menghancurkan ekosistem dan lain-lain, manusia pun
masih sanggup saling membinasakan satu sama lain. Padahal semua manusia ini
ciptaan Tuhan, yang berharga dimataNya. Tapi di mata sesama manusia, nyawa itu
tidaklah penting, letaknya masih sangat jauh di bawah ego dan kepentingan diri
sendiri. Dia sudah begitu baik dengan menganugerahkan keselamatan kepada kita
lewat Kristus, tapi kita begitu sulit untuk sekedar menghargai kebaikanNya.
Jika semua ini terjadi, bagaimana Tuhan bisa bersukacita karena
perbuatan-perbuatanNya?
Segala yang ada di alam semesta merupakan ciptaan Tuhan yang
luar biasa indahnya. Itu adalah anugerah yang amat besar yang telah ia sediakan
sebelum Dia menciptakan manusia, agar ketika manusia hadir, keindahan itu bisa
dinikmati secara langsung. Tuhan menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah
baik. Tanaman, pohon-pohon berbuah, tunas-tunas muda, itu diciptakan dengan
baik (Kejadian 1:11-12). Matahari, bulan dan bintang, cakrawala, semua itu
diciptakan Tuhan dengan baik. (ay 14-18). Segala jenis hewan, baik
burung-burung di udara, ikan-ikan di laut dan hewan-hewan darat, semua Dia
ciptakan dengan baik. (ay 20-22). Dikatakan bahwa bumi beserta segala isinya
adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1), tapi otoritas untuk menguasai diberikan
kepada kita. (Kejadian 1:28). Menguasai bukanlah berarti bahwa kita boleh
bertindak semena-mena dan merusak seenaknya, it's not meant to be the right to be abusive, tapi justru sebaliknya, kita diminta untuk
menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Tuhan menitipkan itu semua
kepada kita. Idealnya kita bersyukur. Idealnya kita bersukacita bersama-sama
dengan Tuhan menikmati segala keindahan itu. Tapi apakah kita sudah
melakukannya? Apakah Tuhan bisa bersukacita atas segala ciptaanNya hari ini?
Apakah surat cinta dari Tuhan itu sudah kita tanggapi dengan sepantasnya?
Foto yang diambil teman-teman fotografer saya adalah gambaran
kasih Tuhan yang sungguh besar buat kita. It's the love letter from God. Saya
bersyukur jika hari ini masih bisa melihat alam yang indah seperti itu dari
berbagai belahan dunia lewat jepretan mereka. Apakah anak cucu kita kelak masih
bisa menyaksikannya? Tuhan menitipkan milikNya kepada kita untuk dikelola,
dijaga, dilestarikan dan dikembangkan. Jika kita mau melakukannya, disanalah
Allah akan bersukacita melihat seluruh ciptaanNya di muka bumi ini dapat saling
bekerjasama dalam menghormati hasil karyaNya yang agung. Jika anda melihat
sekeliling anda hari ini dan masih mendapati sesuatu yang indah, bersyukurlah
untuk itu dan mari kita jaga bersama-sama agar anak cucu kita kelak masih bisa
menyaksikan keindahan seperti yang kita lihat saat ini.
Alam yang indah merupakan
milik Tuhan yang dititipkan kepada kita untuk dilestarikan
No comments:
Post a Comment