Bilang Maaf Aja Kok Repot?

Peristiwa pemukulan yang dialami seorang wasit karate asal Indonesia oleh polisi Malaysia menimbulkan kemarahan sehingga terjadi demonstrasi mengecam tindakan tersebut bahkan bendera Malaysia dibakar oleh massa pendemo. Pada awalnya pihak pemerinta Malaysia menolak untuk meminta maaf tetapi akhirnya mereka meminta maaf juga setelah melihat reaksi kemarahan dari rakyat Indonesia. Pada bulan Agustus lalu, sekelompok massa marah kepada seorang pemilik rumah karena sang pemilik rumah melarang warga untuk memakai halaman rumahnya sebagai tempat lomba dalam rangka menyambut HUT kemerdekaan RI. Sekelompok massa tersebut menduduki rumah tersebut dan mereka tidak akan pergi sampai pemilik rumah meminta maaf atas perbuatannya tersebut.

Pernahkah kita merenungkan mengapa hanya karena kata maaf itu bisa membuat sebuah masalah sederhana menjadi besar? Mengapa banyak orang yang sulit untuk meminta maaf meskipun jelas-jelas mereka bersalah? Mengapa manusia menuntut orang lain untuk meminta maaf agar kemarahannya bisa reda? Itu semua merupakan akibat manusia telah kehilangan harga dirinya karena dosa. Alkitab mengatakan semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Dosa menyebabkan gambar diri manusia menjadi rusak sehingga kita marah saat orang lain menyinggung harga diri kita. Hampir semua konflik yang dialami umat manusia berakar dari krisis identitas. Sebenarnya setiap kali seseorang merasa terhina atau tersinggung dengan perkataan atau tindakan orang lain maka ia telah menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh orang itu adalah benar. Bukankah bila kita merasa diri kita berharga maka kita tidak akan marah bila orang lain merendahkan kita?

Salah satu cara yang dipakai oleh Tuhan agar kita bisa memiliki gambar diri yang sehat adalah dengan mengijinkan penderitaan. Oswald Chambers berkata, “Satu-satunya cara untuk dapat menemukan diri sendiri adalah melalui sengsara.” Penderitaan sebenarnya menunjukkan ada bagian dalam jiwa kita yang perlu dipulihkan, dikembangkan dan ditransformasikan. Hanya ada dua kemungkinan ketika seorang Kristen mengalami penderitaan yaitu ia akan menemukan diri sendiri atau semakin hancur. Oleh karena itu beresponlah dengan benar setiap kali krisis datang menerpa hidup kita. Setiap kali krisis menghadang langkah kita maka serahkanlah seluruh hidup dan hasrat kita tanpa syarat kepada Tuhan.

Seringkali kita menyalahkan orang lain sebagai sumber masalah yang sedang kita hadapi. Kita mengira bahwa bila orang lain berubah maka masalah kita akan selesai. Padahal sumber masalah sebenarnya adalah diri kita sendiri bukan orang lain. Bila Anda selalu menyalahkan orang lain setiap kali Anda mengalami masalah maka Anda tidak akan pernah bisa menemukan jati diri Anda yang sejati. Kitalah yang perlu berubah bukan orang lain sebab jika kita berubah maka sekeliling kita juga pasti akan berubah.

Yesus Kristus merupakan salah satu contoh anak manusia yang bisa menerima dirinya sendiri sehingga Dia tidak pernah tersinggung saat orang lain menghina-Nya. Bahkan ketika Ia diludahi dan disalibkan bak seorang penjahat, Ia sama sekali tidak marah. Malah sebaliknya Ia meminta pengampunan kepada Bapa atas orang-orang tersebut. Yesus tidak menuntut kata ‘maaf’ dari mereka yang telah menghina-Nya dan melakukan perbuatan yang tidak adil. Yesus tidak menuntut kata ‘maaf’ dari Petrus yang telah menyangkalnya tiga kali. Yesus bisa mengasihi dan menerima orang lain tanpa syarat sebab Ia bisa menerima diri-Nya sendiri.

Yesus melakukan segala sesuatu bukan untuk menyenangkan dan mencari penerimaan dari manusia melainkan hanya untuk menyenangkan Bapa-Nya sebab Ia memiliki identitas (rasa aman) yang diperoleh-Nya dari hubungan dengan Bapa. Selama hidup-Nya di dunia ini, Yesus tidak pernah mencari penghargaan dari manusia sebab Ia memiliki rasa berharga tersebut sehingga tidak perlu lagi mencarinya dari orang lain. Ia tidak peduli apa kata orang tentang tindakan-Nya, yang terpenting bagi-Nya adalah melakukan kehendak Allah seperti apa yang Ia lihat Bapa lakukan. Bila kita berubah menjadi serupa dengan karakter Kristus maka kita juga akan melakukan hal yang sama!

No comments:

Post a Comment